Sebuah flat-studio dengan panci, bangku bersandaran dan
lampu-lampu photo dengan spotlight dan reflector. Seorang perempuan
mengutak-atik VCR. Dia periksa monitor ,
kemudian layar besar diarahkannya pada arah yang jauh dari panggung untuk
memastikan apakah semua alat-alat itu berfungsi. Dia bergerak, berpose,
memeriksa dirinya sendiri namun terlihat tak senang dengan hasil yang didapat.
Dia menepukkan tangannya dan sesegera itu salah satu lampu busar menyala. Dia
geser reflector. Dia berganti pakaian. Dia masukkan kap dan gel ke dalam salah satu lampu. Sekarang dia
terlihat kurang lebih puas.
JULIA: Mungkin aku terlalu mundur ke belakang … Terlalu besar dengan cara
seperti tadi … Lihatlah kantung-kantung di bawah mata itu. Aku harus melebarkan
cahayanya. (JULIA menepukkan tangannya lagi dan
cahaya terpasang pada reflector) Mari kita coba automatic
follow-shotnya. (JULIA menghidupkannya)
Kemari – ke arah sini. (JULIA bergerak kiri dan
kanan, diikuti kamera di atas tripod berroda) Bagus! Satu-satunya
benda yang mengikutiku adalah tripod. (Telepon
berdering) Tidak, aku tak punya waktu. Mesin penjawabnya hidup, jadi
ngomong saja padanya dengan tenang dan jangan coba-coba ganggu aku. (JULIA berjalan ke arah sebuah gantungan jaket dimana disana
tergantung bermacam-macam pakaian besar) Bagaimana kalau yang kecil ini?
Sebuah pakaian yang panjangnya sampai pergelangan kaki. (JULIA mengenakannya, berdiri di depan kamera dan melihat dirinya sendiri
di dalam monitor) Tuhan! Lihatlah bagaimana benda ini membuatku tampak
overweight. Gendut. Mungkin aku memang
gendut! Jika aku datang padanya dengan penampilan seperti ini, dia akan
memasangku untuk Cyrill Smith. Aku dapat melihatnya memesan dua kaleng rumput
laut pelangsing perut. Untuk waktu seperti ini sebuah gaun pengantin akan
menjadi satu-satunya hal. Yeah, tapi dengan sebuah ban terpisah seperti punyaku
ini, aku bisa susah sekali memasukkan kaki. Bagaimanapun, Tuhan tahu bagaimana
sebuah busana pengantin berakhir. Bahkan mungkin aku bisa membuat sebuah tenda
darinya.
(JULIA terus mengganti pakaian dengan kecepatan tinggi,
dalam suatu cara berganti yang cepat. Barangkali akan membantu jika dia masuk
ke balik layar dimana dua pembantu panggung dapat membantunya)
JULIA:
Tidak. Yang satu ini lebih baik. Bagus dan sederhana, dengan warna yang sedang
trend. Tidak. Ini mungkin hanya tiket. Pasangan yang hilang dan sungguh … aku
mendapatkannya. Aku mendapatkannya. Sebuah gaun pesta. (JULIA memperhatikan
dirinya sendiri untuk sesaat). Yang kubutuhkan adalah seikat pisang
di atas kepala dan aku akan terlihat seperti Joan Rivers. Tidak, tidak! Bukan
warna yang kuat. Sebuah baju sosial demokrat. (Menyimpan
pakaian dengan cara serampangan) Teh sore di kota London yang berkabut.
Disinilah kita … Menjauhlah segala system … (JULIA memijit sebuah tombol VCR) Action!
(JULIA
berlari dan berdiri di depan kamera. Sesaat bingung dan diam saja karena
malu) Brengsek! Dengan semua benda-benda ini aku hanya
berteriak-teriak … LIHATLAH AKU … Bodoh … Ah ya, tangan. Mari kita menendang
dengan tangan. (JULIA berlari, membalikkan tape dan mulai lagi)
Action! (JULIA
mengambil nafas panjang dan menahankan tangannya di depan kamera) Lihatlah kedua tanganku … Ayolah, lihat baik-baik …
Kau melihatnya dengan baik? Mereka tepat di depan hidungmu … Kau mengenalnya?
Besar … berdaging … Kau mengenalnya? Kau pernah menggenggamnya … Kau pernah
mengecupnya. Dan benda di belakangnya itu adalah wajahku … Kau mengenalku? Ini
aku. Aku istrimu. (JULIA diam, berbalik dan memutar
balik tape) Pasti aku sudah gila. Apa yang harus kukatakan sebagai
awalnya? Kedengarannya seperti sebuah film horror … Zombies on The Prowl. Aku
tak mau membuatnya takut pada mayat dengan dua tangan yang besar sekali itu.
Dan apa yang baru saja aku katakan ‘tepat di depan hidungmu’? Siapakah
sebenarnya ia? Pinocchio? Di depan matamu lebih baik. Dan ‘ini aku, istrimu’?
Terdengar seperti suara tuhan. (Bersorak)
Ini aku, aku, istrimu … datang kembali dari kematian untuk mencekekmu. Kasihan de
lu.
Tidak lah. Bukan seperti itu. Kita butuh sebuah pembukaan
yang baik, sesuatu yang benar-benar berbeda. (Menghidupkan
tape recorder yang mengeluarkan sebuah lagu cinta) Apa yang aku
lakukan dengan tangan-tangan ini? Mungkin aku harus menggambarkan terlebih
dahulu apa yang akan aku katakan. Dapat. Ya. Aku tahu apa isi selanjutnya. (Menset video, mengambil pose. Sepi untuk beberapa saat,
sementara musik masih mengalun di latar belakang)
Hai! Ini aku. Julia. Kita pernah ngobrol. Apa kau duduk
dengan nyaman? Aku akan mulai. Aku tahu … Untuk yang satu ini tentu bukan satu
cara komunikasi yang baik seperti biasanya. Aku menulisimu surat … Tapi aku tak
memposkannya. Aku akan membacakannya saja untukmu. Aku harap kau menatapku
kalau aku sedang bicara padamu. Kau tahu, sesudahnya, maksudku … sekarang …
untukmu … fakta bahwa kau berada disana dan menontonku … mendorongku …
memberiku kekuatan … dan aku benar-benar membutuhkannya. (Musik lembut berakhir. Sebuah musik rock meledak dari tape
recorder) Ya Tuhan! Menyeramkan. Sebentar aku akan mengecilkannya … (Menyetel sound) Maaf, tapi musik rock dapat
membawaku keluar jalur. Seperti yang pernah kukatakan. Bersyukur dan
beruntunglah sekarang ada media elektronik seperti ini … (Telepon berdering) Ya Tuhan. Jangan sekarang.
Mestinya aku tarik saja kabelnya. Oya, ya, tololnya aku. Aku sudah nyalakan
mesin penjawabnya … Aku berani bertaruh kalau kau sudah tak ingat lagi besok
itu hari apa. Hari jadi kita. Tepatnya hari jadi satu tahun perpisahaan kita.
Selama setahun ini aku selalu memikirkanmu … Kemudian berkurang dan terus
berkurang … dan sekarang aku bahkan benar-benar sulit memikirkanmu. Aku masih
punya perasaan kepadamu. Bagiku, kau seperti kerabat … kakak sepupu … seorang
anggota keluarga. Seseorang yang baik, seseorang yang akan senang sekali kau
lihat biasanya … di pemakaman, pernikahan, pembaptisan. Jadi cukup wajar kalau
aku mempersilahkanmu untuk … (Telepon berdering)
Maaf, ada telpon. Aku tak tahu siapa. Aku jadi tak bisa konsentrasi. Biar
aku ke sana dulu dan mencabut kabelnya, lalu aku akan mulai lagi. (Dia matikan tape-recorder, mematikan lampu busar dengan
tepukan tangannya dan bergerak mendekati mesin penjawab telepon, memijit tombolnya
dan mendengarnya)
SUARA JEAN: Hallo. Maaf saya mengganggu anda pada jam-jam
seperti ini. Dokter, saya Jean Alred. Anda ingat, bukan? Saya yang membakar
bokong dengan batubara itu. Kita pernah berbincang – Bukan, bukan tentang
bokong saya itu. Oh, Dokter, saya benar-benar sedang down. Saya harap saya
dapat menghubungi anda lagi dalam beberapa jam ini. Kalau anda keluar, saya
harap anda meninggalkan pesan di mesin penjawab anda, jadi saya dapat mencari
dan menemukan anda. Saya benar-benar putus asa. Nanti saya telepon lagi.
JULIA: (Bingung)
Dokter? Dia membakar bokongnya dan down. Dia pasti salah sambung atau nomorku
tertukar dengan nomor seorang analyst. Analyst yang tolol siapapun ia, yang
memanas-manasi kecacatan kliennya. (Dia menepukkan
tangannya lagi dan lampu yang tadi dia matikan hidup lagi. Dia hidupkan kembali
video recorder, kemudian berjalan berputar sampai depan kamera)
Maaf, tapi baru saja terjadi satu hal yang paling konyol dalam hidupku. Ada
yang salah sambung dan mengira kalau aku ini seorang analyst. Dia minta tolong
… dariku! Dia datang pada orang yang tepat dan tanpa cacat. Perkara kacangan.
Ya, itu bukan hanya omong kosong. Aku cukup, benar-benar gila, malah siap untuk
sebuah baju pengekang … kecuali saat-saat ketika sedang punya ide cemerlang.
Kau takkan mungkin bisa membayangkan ketika, malam membeku, aku tiba-tiba
terjaga, berniat datang ke rumahmu dan mengintipmu. Sungguh! Bahkan aku membawa
pistol. Ya, itu benar. Pistolnya tentu dengan surat izin penggunaan senjata.
Suatu kali bahkan terpikir untuk menguntitmu ketika kau pergi ke stasiun kereta
api untuk menjemput pacar barumu, dan tepat ketika kereta datang aku akan
sedikit mendorongmu sampai jatuh ke bawah rodanya. Kau takut? Tenang, tenang.
Relax saja. Minumlah setetes whisky dan usap alismu dengan es. Semuanya terlalu
dini, ketika metabolismeku berubah. Metabolismeku secara keseluruhan, seratus
persen tergantung padamu. Aku pikir aku ini seorang perempuan bebas! Kau tahu.
Aku sudah berusaha sekuat tenaga. Bahkan aku pernah melakukan olah raga yang
membahayakan. Lihatlah. Kau tahu apa maksudku. Kau menempatkan dirimu pada
posisi-posisi seperti ini. Ayolah. Teruskan. Jangan malu-malu. Kau menaikkan
satu kaki. Perlahan, sangat, sangat perlahan, hingga kau mencapai lutut.
Kemudian kau mengayunkannya, menyilangkan salah satunya kepada yang lainnya.
Lembut sekali kau melakukannya. Sangat, sangat lembut, Mengharuskan kau bangun
sekitar dua jam, dua jam kau ke bawah. Jadi empat jam untuk sebelah kaki.
Delapan jam untuk keduanya. Dan begitulah hari berakhir. Kemudian kau tertidur.
Dan setelah semuanya … kau masih saja tak dapat mengedipkan mata untuk tidur.
Begitulah. Sampai kepergianmu.
Aku melewati masa-masa mengerikan. Tapi inilah aku, aku
berhasil. Atau mungkin aku telah menipu diri sendiri dengan berkata kalau aku
telah berhasil. Paranoia? Bisa jadi. Tapi memang aku ini sakit. Masalahnya, aku
memang tak menarik. Aku tak menghiraukan hal-hal lain. Bahkan pekerjaanku …
Advertising! Jam demi jam menyiksa otakku untuk memikirkan cara membikin orang
mau membeli barang-barang tak berguna. Neraka adalah orang lain, neraka adalah
pada diriku. Kadang aku bertanya apa yang sedang aku lakukan di dunia ini.
Kalau kau pengen ketawa, aku dapat mendeklamasikan ‘To be or not to be that is
the question’. Jangan khawatir. Hanya bercanda.
Tapi aku akan katakan padamu tentang masalah existensialku.
Kau tahu, aku tahu kalau hidupku di dunia ini hanya masalah berketetapan dalam
sebuah permainan … beradaptasi dan menerima ritual … Kalau tidak, kau hanya
melemparkannya saja dari tanganmu. Seperti ketika kau bermain poker dan kau
bernasib sial sementara tak ada yang bisa kau lakukan. Apa yang dapat kau
lakukan? Kau melemparkannya saja. Kau duduk saja di luar. Kemudian, inilah aku
dengan tangan yang akan membuatmu muntah … Tapi tak ada urusan sama sekali
dengan nasib baik. Aku dicurangi. Ya, ya, aku harus mengangkat bahu saja,
menerima saja … menunggu keberuntunganku … lalu aku bisa mencurangi balik.
Hanya saja … bagiku permainan seperti itu tak menarik lagi. Terlalu biadab,
barbaris, tak masuk akal atau benar-benar vulgar. Semuanya berjalan hanya
sekitar dua puluh menit, seperti opera-opera sabun di tv itu. Aku tahu apa yang
akan kau katakan. Well well, apa yang kau harap? Kita hidup dalam sebuah budaya
yang dikrndalikan sepenuhnya oleh sesuatu yang bernama tv. Kau sudah membuat
yang terburuk darinya, mengaturnya. Jangan berharap terlalu jauh. Bersukalah
dengan apa yang telah tercapai. Aku sudah mengerjakan sebuah program untukku
sendiri, dengan tumpukan ide-ide cemerlang ditambah mimpi-mimpi … juga
mimpi-mimpi utopis. Kenapa tidak? Aku melemparkan diriku sendiri ke dalamnya
dan menemukan diriku sendiri meluncur ke dalam sebuah kolam renang sesaat
setelah seseorang mengeringkannya .
Aku dapat mendengar orang-orang tertawa terbahak-bahak di
sekitarku. ‘Isilah yang satu ini. Dia masih percaya pada cerita-cerita peri,
pada kebersamaan, pada merubah dunia. Kau perlu sedikit membumi, sedikit
realistis, Julia’. Kata ‘realistis’ ini membuatku sakit. Tidak, tak, aku takkan
jadi penjilat, opportunist, hypocrite, manusia yang menginjak-injak muka orang
lain … kau tahu mereka telah memperdagangkan kehormatan diri sendiri,
menawarimu kecacatannya. Tak, aku tak ingin melakukannya … aku takkan tunduk …
aku akan bersidekap … aku akan menyimpannya di luar. Apa sebutan mereka itu?
Tangan yang mati, tangan yang tolol? Apa bedanya? Apa lagi kah yang mesti
dicekcokkan? Apalah kematian itu? Hanya suatu saat ketika sebuah mesin berhenti
mengocok … hancur … siap dilemparkan … dan seseorang menemukannya di sebuah
tumpukan sampah. Dalam kasusku, seluruh system pusat telah tertangkap. Ya, kau
memang masih bergerak, ngomong, bahkan bergurau. Tapi hanya sebuah tipuan.
Hanya sebuah kekuatan inertia. Aku adalah tenaga penggerak yang nampak. Aku harus
memberi sentuhan akhir – mematikan kekuatannya. Tidak, kau jangan teragitasi.
Dalam beberapa kasus, ketika kau mendapati video tape seperti ini, semuanya
telah berakhir. (Telepon berdering)
Bangsat. Telepon di saat seperti ini. Maaf, tapi kali ini aku mematikan mesin
penjawabnya, jadi terpaksa deh aku harus menerimanya. (Ke telepon) Hallo?
SUARA JEAN: Selamat malam, Dokter. Akhirnya saya menemukan
anda juga.
JULIA: Lagi? Sebentar saya mau mematikan kamera dan lampunya
dulu. (Mematikan keduanya)
SUARA JEAN: Apa anda bilang?
JULIA: Saya bilang anda salah sambung.
SUARA JEAN: Apa maksud anda? Nomornya? Sebentar, 6113002?
JULIA: Ya. Benar.
SUARA JEAN: Kalau begitu nomornya benar.
JULIA: Nomornya mungkin benar. Tapi bukan orang yang benar.
Artinya saya bukan orang yang anda cari. Maaf, darimana anda dapat nomor ini?
SUARA JEAN: Majalah … apa namanya. Sebentar … ini dia,
namanya HEALTH. Dan pada halaman 38 terdapat artikel anda.
JULIA: Siapa? Anda?
SUARA JEAN: Anda anda! Disebut disini sebagai ‘Seorang
Analyst Terkenal yang Mendapat Gelar Sepsialist dengan Melakukan Penelitian di
Jepang’.
JULIA: Saya bahkan tak pernah pergi ke Jepang.
SUARA JEAN: Ah tidak. Anda tahu bagaimana ini. Anda takkan
percaya apa yang bisa anda baca disini. Tapi yang penting adalah kalau methodenya
benar dan berhasil.
JULIA: Methode apa?
SUARA JEAN: Methode anda. Yang anda gambarkan disini. Teknik
psycho – respiratory dengan cara mengeluarkan vokal yang benar.
JULIA: Dan apa yang terjadi…
SUARA JEAN: Anda mencapai diapason. Diapason yang sering
dilakukan orang suci di Indonesia namun mereka melakukannya secara sembarangan.
Benar, bukan, Dokter, bahwa mereka melakukannya hanya untuk dapat mereaksi.
JULIA: Tapi, saya tak tahu … tapi kenapa tentang mereaksi itu
… kalau anda benar-benar ingin mereaksi … apakah anda ini, semacam roti buatan
rumah?
SUARA JEAN: Tidak, tidak, saya bukannya mau mereaksi. Hanya
saja suami saya tak bisa memberdirikan saya ketika saya dalam keadaan normal,
berdiri di lantai. Saya benar-benar benci memikirkan apa yang dilakukannya jika
saya sedang berada di sekitar rumah, membentur-benturkan kepala saya ke
langit-langit. Dia senang, terlalu senang. Mengambil pistol dan menarik saya ke
bawah dengan satu tembakan. DOR! Yang saya inginkan sekarang adalah membersihkan
neurosis saya ini, seperti yang anda tulis dalam artikel itu.
JULIA:
Majalah apa yang anda sebut tadi? HEALTH. Saya kira saya juga mendapat
kirimannya. (Mencari majalah itu di rak)
Kalau memang benar issue terakhir itu … sebentar saya harus mengambilnya dulu …
Ini dia, halaman 38, bukan?
SUARA JEAN: Ya, lihat saja pada bagian paling bawah halaman
itu. Anda akan melihat kalau nomor telepon yang saya pijit memang benar.
JULIA: Ya, anda benar. Mereka menulis nomor telepon saya
disini. Gurauan macam apa ini? Jelas-jelas mereka melakukan kekeliruan.
SUARA JEAN: Tak diragukan. Nomor pribadi. Ya, mereka memang
tak memiliki tata krama. Anda sebenarnya tak pernah menyerahkan nomor pribadi
ini. Tapi ini jadi satu keuntungan untuk saya, karena dengan demikian saya
dapat meminta nasihat anda secara lebih pribadi. Menurut anda, apa yang harus
saya lakukan, Dokter? Saya bisa saja hamil. Saya sedang menunggu hasil test
kehamilan.
JULIA: Sekarang dengar. Saya sudah katakan. Saya bukan dokter
yang anda cari.
SUARA JEAN: Saya percaya. Anda bukan dokter kebidanan. Anda
seorang analyst. Yang paling menarik bagi saya adalah untuk mengetahui apakah
latihan-latihan dengan tembok ini akan menjadi rasa sakit yang anda sarankan
meskipun test kehamilan mengatakan kepada saya … ”YA. KAMU HAMIL!”
JULIA: Dengar, tolong pisahkan dulu dari fakta bahwa anda
telah menemukan saya pada apalah itu. Sebentar, mari kita katakan saja. Dengar,
apapun yang dikatakan test kehamilan itu, saya tak dapat memberi anda nasihat
apapun. Karena saya tak memiliki qualifikasi medis apapun.
SUARA JEAN: Ah, rupanya anda orang yang suka mengudara pada
malam hari! Tak masalah bagi saya. Semua gigi saya diperbaiki oleh seorang ahli
gigi yang sangat baik, dan dia adalah seorang operator koboy, membuat saya bisa
membayar setengah dari yang seharusnya saya bayar.
JULIA: Saya juga bukan dokter gigi. Saya bekerja di
advertising.
SUARA JEAN: Medical Advertising?
JULIA:
Bukan. Advertising travel, liburan, film, video, dan semua yang berhubungan
dengan itu.
SUARA JEAN:
Jadi apa yang sedang anda lakukan di rumah seorang analyst medis? Apakah anda
seorang kenalannya?
JULIA: Apa maksud anda dengan kenalannya? Ini rumah saya!
SUARA JEAN: Saya mengerti. Analyst itu tinggal bersama anda.
Izinkan saya bicara dengannya, kalau anda tak keberatan!
JULIA: (Jengkel)
Tidak. Saya takkan membiarkan anda bicara dengannya. Saya tak dapat membiarkan
anda bicara dengannya.
SUARA JEAN: Baiklah kalau begitu! Tapi kenapa tidak?
JULIA: Karena beliau itu tak disini … Beliau sedang keluar
untuk melihat test kehamilannya.
SUARA JEAN: Test kehamilan?
JULIA: (Terlihat marah)
Benar. Test Kehamilan. Kemudian dia akan memberikannya pada seorang wanita
hysteria yang sedang mencari pertolongan dari keadaan tegangnya karena hamil.
JEAN: (Menjerit)
Hamil?
JULIA: Ya. Dengan seorang koboy atau seorang ahli gigi.
Seorang operator yang suka mengudara pada malam hari.
SUARA JEAN: (Kecewa)
Tidak, tidak. Saya rasa saya salah sambung, deh. Saya mohon maaf. (Jean menutup telepon, begitupun Julia)
JULIA: Akhirnya. Perempuan ini bisa membuatku gila. Tuhan
akan menolong analyst yang membantu menenangkannya! (Mengambil
sebuah majalah dan membacanya) Ada yang lahir setiap harinya …
apakah orang-orang percaya sampah ini? (Membaca
keras-keras) ‘Rentangkan tubuh anda serentang-rentangnya di atas
meja, letakkan batu bata di bawah pantat, gerakkan lutut satu persatu sementara
menjaga kedua tumit lebih dekat secara bersamaan. Biarkan kepala menggantung di
sisi meja. Ambil nafas panjang-panjang dan dengungkan suara a – u – o – I – e –
u – o, pada nada do – ray sampai anda mencapai nada fa. Lalu kembali lagi.
Apa kalian pernah dengar hal semacam ini? (Julia melagukan nada-nada itu sehingga membuatnya tampak
lucu) AU OO EU OOO, IAUU! Ada juga orang yang percaya hal semacam
ini! Sebagian orang menghabiskan waktu tak kurang … mereka bahkan harus
menempelnya di dinding! (Dia mencoba kembali
nada-nada tadi) AU OH OOOUIOAA. (Menyalakan
video recorder, kembali ke hadapan kamera. Perlahan-lahan lampu menanjak nyala
kembali) Ini aku lagi. Aku sudah katakan kalau aku telah memutuskan
untuk mengakhiri semua. Kau akan bertanya pada dirimu kenapa aku mengatakan
semua ini. Mungkin kau tak percaya kalau aku telah mengatakannya beberapa saat
yang lalu. Mungkin kau berpikir kalau aku keluar itu hanya untuk balas dendam
sebab kaulah yang sangat punya andil membuatku putus asa. Atau barangkali kau
membayangkan kalau aku mencoba menjadikanmu orang yang bertanggung jawab atas
kelakuan-kelakuan gila yang aku jalankan. Bukan itu. Kau tak bisa membiarkan
pikiranmu istirahat. Obrolan yang terakhir ini memiliki keberatan yang
menolaknya sendiri … tak bolehkah itu, hah? Sungguh sebuah belokan phrasa …
Memiliki keberataan yang dapat menolak ambiguitas, kesalahpahaman, dan …
arrogance. Maksudku arrogance terbesar yang percaya kalau kaulah penyebab aku
bunuh diri. Laki-laki yang seluruh wajahnya dilapisi ingatan tragis tentang
perempuan yang bunuh diri dengan cara mengerikan demi cinta. Siapa yang dapat
tahan laki-laki? Dan kapan dapat membikin monumen affair cintamu yang gila. Aku
barangkali yang akan menjadi wanita yang meringkuk di kakimu. Andromeda
berdarah sampai mati sebelum Perseus yang Agung! Tak pada hidupmu! Ini tak ada
apa-apanya dibanding denganmu! Membebaskanmu dari kemenengan-kemenangan
Perseus. (kepada diri sendiri) Perseus!
Apa urusannya Perseus dengan ini? (Dia menepukkan
tangan, lampu meredup, mematikan kamera dan menghidupkan video recorder. Gambar
JULIA memainkan adegan yang baru saja direkam tampil di layar)
Yang pertama ini OK, selanjutnya aku akan memulai wafel. (Beranjak dan berbaringan) Tenang … tenanglah …
Maksudku, ini tak seperti yang dulu-dulu yang
merupakan salah satu commercial break yang kau nantikan sepanjang waktu.
Ini adalah break terakhir hidupku. Jadi, ini harus bagus. Yang ini untuk
diarsipkan. Aku dapat melihat seluruh keluarga berkumpul di musim pesta, natal,
tahun baru … Semua duduk mengelilingi meja dan seseorang berkata: “Mari kita
lihat video-nya JULIA … Mari kita dengar apa yang dia katakan sebelum dia
melakukannya. Selalu baik untuk ditertawakan”.
Tenang … Masih banyak waktu sebelum malam. Kau menemukannya
dalam dirimu … Pertama aku akan membuat sesuatu untuk dimakan … Makan malam
terakhir! Segalanya kulakukan sendiri; bahkan Judas tak menemaniku.
Tak pernah terpikir kalau aku mampu melakukan semua ini
dengan semacam sikap tak terpengaruh. Apakah ini katarsis dari kembalinya rahim
yang hangat, seperti yang dikatakan Seneca ketika dia menyayat tangannya saat
mandi? Kenyataannya Tuhan tahu sendiri berapa kali aku membaca orang gantung
diri, menembak diri sendiri, atau menyayat pergelangan tangan. Dan selama itu
tak ada seorang pun yang memiliki gagasan kalau mereka itu telah siap melakukan
perbuatan yang sangat hebat. Semua tenang, semua normal, seperti hari-hari
biasa. An Ordinary Day. Itulah kenapa aku melakukannya. An Ordinary Day. Aku
bahkan akan tetap pada diet-ku hari ini. Jadi, sekarang adalah hari kamis, apa
menu hari ini? (Meneliti semacam daftar)
Ayam, ayam rebus. Semua ayam dibolehkan! Pesta! Jus wortel. Inilah fungsi
kontrol diet.
(Julia Menghidupkan tv dimana ditayangkan
opera sabun. Julia mengambil ayam dari kulkas dan menyimpannya di atas meja
dengan jijik. Sambil nonton opera sabun, Julia membersihkan sayuran dan
menyimpannya jauh-jauh dari ayam. Sesekali dia menyelingi kegiatan ini dengan
menset meja dengan sangat teliti. Pada saat adegan di tv klimaks, JULIA beranjak dan berbaringan di kursi panjang)
LAKI-LAKI
DALAM TV: Lihatlah photo ini. Apa yang dapat dikatakan photo ini padamu?
PEREMPUAN DALAM TV: Ini suamiku! Siapa pelacur kecil yang
melingkarkan tangan di pinggangnya itu?
LAKI-LAKI DALAM TV: Dia bukan pelacur. Dia adalah anak
perempuan sahabat dan kawan bisnisnya.
PEREMPUAN DALAM TV: Siapa? Tom?
LAKI-LAKI DALAM TV: Ya. Kau dapat bertaruh kalau saja si Tom
itu tahu anaknya selalu bergulingan di ranjang sahabatnya tiap sore, dia akan
mengoyaknya sampai berkepingan.
PEREMPUAN DALAM TV: Darimana kau mendapatkan photo ini?
LAKI-LAKI DALAM TV: Seseorang dari Argo Agency yang mengambilnya.
WANITA DALAM TV: Agen investigasi pribadi? Maksudmu kau
menyewa detektif dengan nama buruk itu untuk menyelidiki suamiku?
LAKI-LAKI DALAM TV: Tidak. Aku menyewa detektif untuk
menyelidiki perempuannya, Elsa. Tak seorang pun lebih mengagumkan dibanding
aku, membuat suamimu bingung dalam urusan ini.
WANITA DALAM TV: Kau lihat betapa brengseknya ia? Tapi kenapa
kau lebih dulu menyelidiki perempuan ini daripada suamiku?
LAKI-LAKI DALAM TV: Biar aku katakan padamu. Sebelum kau dan
aku memadu cinta, aku memiliki affair dengan seorang gadis … Ya, gadis itu
adalah dia, Elsa. Tapi kemudian aku mulai menaruh curiga. Dia memang tetap
menemuiku, tapi pada saat lain selain denganku dia bersama orang lain, dan
orang lain itu tak lain dan tak bukan adalah suamimu.
WANITA DALAM TV: Anthony. Kau tikus! Tapi aku senang bahwa
suamiku itulah yang membuat pelacur kecil yang tersenyum bodoh itu jauh darimu.
LAKI-LAKI DALAM TV: Bagus. Dan apakah kau akan tetap bahagia
seandainya tahu bahwa affairnya dengan Elsa hanyalah sebuah kedok?
WANITA DALAM TV: Kedok untuk apa?
LAKI-LAKI DALAM TV: Si detektif itu juga menyelidiki teman
bisnis suamimu dan menemukan fakta bahwa Tom dan Anthony-mu adalah sepasang
kekasih.
WANITA DALAM TV: Oh, tidak … aku bisa bunuh diri. (Tiba-tiba tertawa) Ha, ha, ha! Lalu apa yang kau
harap? Apa kau pikir aku akan bunuh diri? Ha, ha, ha! Maaf aku mengecewakanmu.
Aku sudah lama mengetahuinya! Ha, ha, ha!
LAKI-LAKI DALAM TV: Dan kuharap kau dapat tertawa pada yang
satu ini. Tom terkena AIDS.
WANITA DALAM TV: Tidak. Itu bohong. Kau mengarangnya.
LAKI-LAKI DALAM TV: Ya, dan apakah juga karanganku kalau dia
diperiksa di banyak rumah sakit untuk melakukan test? Tapi ini berguna, karena
dengan itu aku jadi tahu bahwa suamimu terkena AIDS juga.
WANITA DALAM TV: Aku sudah lama tahu. Akulah yang
menularkannya pada Anthony.
LAKI-LAKI DALAM TV: Apa?
WANITA DALAM TV: Ya, sayang, aku kena AIDS. Jadi, aku juga
menularkannya padamu.
LAKI-LAKI DALAM TV: Bagaimana kau bisa begitu yakin? Aku bisa
saja tidak.
WANITA DALAM TV: Pergilah dan lihat dirimu dalam cermin. Kau
punya begitu banyak bercak di sekujur tubuhmu membuatmu terlihat seperti
jerapah tanpa leher.
LAKI-LAKI DALAM TV: Benar. Kuharap ini hanya kusta. Bagaimana
bisa sehingga tak terlihat tanda-tandanya padamu?
WANITA DALAM TV: Aku merawatnya dengan baik.
LAKI-LAKI DALAM TV: Bagaimana dengan Tom dan Anthony?
WANITA DALAM TV: Mereka juga merawatnya dengan baik. Dan kau,
John, adalah satu-satunya orang yang tak merawatnya. Selamat jalan, John!
LAKI-LAKI DALAM TV: Tapi aku mencintaimu. Jangan tinggalkan
aku! Jangan tinggalkan aku! Aku mencintaimu.
WANITA DALAM TV: Aku juga mencintaimu, John … Tapi bukan aku
yang meninggalkanmu. Kaulah yang pergi meninggalkan kami.
LAKI-LAKI DALAM TV: Apa maksudmu aku meninggalkan kalian?
WANITA
DALAM TV: Kau meninggalkanku, kau meninggalkan dunia. Kau sekarat, John.
Selamat jalan untuk selamanya.
(JULIA Mematikan tv, menyalakan record player dan
lampu. Musik sentimental memenuhi ruangan. Dia menghilang ~ Meraih minuman di trolley
minuman; tiba-tiba sirine menciut-ciut dan lampu di atas kulkas seperti yang
biasa terlihat di atas mobil polisi, mulai berkedipan. Kemudian muncul suara
yang keras dan dalam)
SUARA: MENURUT RISET SOSIOLOGIS, KEKOSONGAN KEHIDUPAN SOSIAL
RATA-RATA IBU RUMAH TANGGA SERINGKALI MENGARAH PADA ALKOHOLISME.
(JULIA dengan marah menyimpan kembali gelas dan
botol. Dengan demikian sirine dan lampu itu tak lagi berkedipan dan suara tadi
pun kembali lenyap)
JULIA: Demi Tuhan, aku belum menyentuhnya setetes pun. Alkohol
tak baik untuk lever. Lever akan membengkak dan kau terkena hepatic cirrhosis.
Perutmu menggembung, terus menggembung, dan pada suatu hari akan BANG! Meledak
dan para tetangga mulai menelpon dewan.
(Menghidupkan tv lagi dan mencari chanel. Muncul
gambar seorang polisi, tembakan-tembakan, kasus-kasus mobil, dan
ledakan-ledakan. Telepon berdering dan JULIA secara otomatis mengangkat
gagangnya. Pada saat yang bersamaan, si Polisi di dalam tv pun mengangkat
gagang telephonnya. JULIA tak ambil pusing pada situasi demikian).
JULIA: Hallo. Siapa disana?
POLISI DI TV: Ya, Nyonya. Apa yang bisa saya bantu?
JULIA: Please. Tolonglah. Bukankah anda yang menelpon saya?
POLISI DI TV: Tenang, kalem, jangan dulu senang.
JULIA: Saya benar-benar tenang, terimakasih. Dan anda ini
sebenarnya siapa?
POLISI DI TV: Dimana kejadiannya? Biar saya perintah
orang-orang dari sini.
JULIA: Perintah siapa kalau saya boleh tanya. Semuanya jelas.
Apa anda gila?
POLISI DI TV: Sekarang dengar. Anda bayangkan saja dalam satu
menit seluruh kesatuan polisi kota disini menunggu telepon entah dari siapa
dengan suara lantang … Saya akan datang kesana dan mengharap pengertian anda.
JULIA: Beraninya … (Sadar akan
apa yang terjadi) Pergilah dan kejar dirimu sendiri. (Menutup telepon)
POLISI DI TV: Hallo! Hallo! Dia menutupnya. Dasar pelacur!
(JULIA
sekali lagi berbaring di bangku. Sungguh
secara mekanis, dia angkat tutup kotak rokok dan mengeluarkan sebatang
rokok. Dia mengangkat lighter yang berat dari meja, dan ketika dia melakukannya
gambar-gambar di dinding mulai terbuka dan menampakkan satu seri poster dengan
slogan anti-rokok. Terdapat satu gambar perokok dengan wajah hijau-sakit,
diperkuat juga dengan gambar sebatang rokok yang sangat besar. Yang lain lagi
sebuah tengkorak yang sedang meniupkan asap rokok dengan mimik yang amat
senang, sedangkan di bawahnya terdapat tuliasan: ‘LINTASAN PARU-PARU ANDA
ADALAH SPON-SPON BUSUK, BASAH KUYUP DENGAN TAR’; atau ‘NIKOTIN PENYEBAB
KANKER’; atau ‘MEROKOK DAPAT MENGGANGGU KEHIDUPAN SEX ANDA, MEMPERLAMBAT
REFLEKS-REFLEKS ANDA, DAN MELEMAHKAN OTAK ANDA’ atau ‘MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN
KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN)
JULIA: Bangsat! Aku sendiri yang memasang perangkap-perangkap
itu dan aku sendirilah yang terperangkap. Tak adakah cara untuk mengizinkan
aku? Aku ditakdirkan mati seperti banyak gambar-gambar kesehatan. No Smoking.
(Julia mematikan rokoknya, menyimpan kembali
lighter di meja dan semuanya kembali pada posisi semula. Sementara itu di layar
tv; kekerasan, pemukulan, sampai interogasi saling berkesinambungan dalam
suksesi yang cepat. Telepon berdering, JULIA membuat gerakan mekanis meraih
gagang telepone, namun berhenti beberapa saat)
JULIA: Oh tidak. Tidak sekarang. Aku tak akan jatuh padanya
lagi.
(Telepon masih berdering)
POLISI DI TV: Tolonglah angkat teleponnya! (Mengarahkan telunjuknya langsung ke arah JULIA) Hey,
kau! Bangun, bangun! Aku bicara padamu.
JULIA: (Terkejut)
Teleponku? Oh, maaf. (Mengangkat gagang telepon)
Hallo?
SUARA WANITA: Selamat petang, Dokter! Apa kabar? Maafkan saya
jika…
JULIA: Lagi-lagi. Datang lagi masalah ‘selamat petang,
dokter’.
SUARA WANITA: Apa anda menerima pesan saya di mesin penjawab
anda, dokter?
JULIA: Ya, saya menerimanya. Tapi harus saya katakan kalau
anda…
SUARA WANITA: Saya tahu. Anda benar, dokter, dan saya
bersumpah kalau saya telah mencoba tapi hasilnya tetap sama. Pernah saya berbaring di atas batu-bata
panas. Saya bakar kecacatan saya.
JULIA: Dengar. Maukah anda berhenti bicara dan mendengarkan
saya?
SUARA WANITA: Jangan suruh saya menyerah dengan batu-bata
panas itu. Sebab, untuk mengatakan kebenaran kepada anda, dokter, hari pertama
hal itu memberi saya semacam … kesenangan. Namun sesudahnya … Masalahnya adalah,
saya tak lupa notnya tapi saya tak mendapat harmoni yang benar, khususnya pada
skala yang meninggi. Dengar … AOOOUOOAAAUIOUIA … AOOUOOOAAAUIOUIAAA …
JULIA: (Mencoba memotong)
Sebentar, sebentar!
SUARA WANITA: Anda dengar apa yang saya maksudkan, bukan?
Saya lupa not yang harus saya lagukan. Jadi, itulah sebab kenapa terapi itu tak
memberikan effek. Dengar, bagaimana kalau seandainya saya ganti saja. Biar saya
coba membuat suara-suara menyanyi, saya bersiul? Saya kira saya lebih ahli
dalam hal itu. Saya akan mencobanya. Dengar, dan bagaimana menurut anda. (Bersiul)
JULIA: Tolong dengar. Kalau anda tak mendengarkan saya, saya
akan tutup teleponnya.
SUARA WANITA: Baiklah! Jangan marah, please! Saya
mendengarkan.
JULIA: Semua ini kesalahan. Saya bukan analyst yang telah
anda pilih untuk…
SUARA WANITA: Tapi nomor…
JULIA: Nomornya benar … tapi juga salah. Dan saya bukan
orangnya. Saya orang yang lain.
SUARA WANITA: Ah. Anda orang yang lain. Jadi anda adalah
orang lain yang menderita split personality. (Tertawa)
Hentikan , Dokter … Saya tahu siapa anda. Yang tadi itu suara anda, yang sama
seperti sebelumnya.
JULIA: Bukan salah saya kalau suaranya memang sama. Yang lain
ini jatuh pada perangkap yang sama.
SUARA WANITA: Perangkap! Apa anda sudah memenangkan saya,
Dokter? Baiklah, saya mengerti. Saya mengganggu anda. Saya mengganggu anda
dengan masalah-masalah saya. Dan untuk menakut-nakuti saya anda pura-pura
menjadi orang lain. Anda pura-pura kalau anda adalah seorang istri yang sedang
hamil, yang hysteria. Tapi tak berhasil, tahu. Saya benar-benar sedang sakit
dan anda harus mendengarkan saya.
JULIA: Disanalah letak kesalahan anda! Kali ini anda
benar-benar sedang melakukannya. (Akan menutup
telepon)
SUARA WANITA: Tahan, Dokter. Jangan coba-coba menutup
teleponnya atau saya akan datang kesana dan mendobrak rumah anda.
JULIA: (Kepada dirinya sendiri)
Dia dapat melihatku!!! (Kepada telepon)
Sekarang dengar. Anda tak bisa menakut-nakuti saya. Tolong pisahkan dulu dari
fakta bahwa saya akan benar-benar senang mengetahui bagaimana anda akan mencari
tahu dimana saya tinggal, karena majalah itu hanya memberi nomor teleponnya,
bukan begitu?
SUARA WANITA: Aha! Tapi saya telepon kantornya. Saya punya
kawan yang bekerja di seksi komputer dan dia beri saya alamatnya … Betnick
Street nomor 138, lantai empat, pintu kedua di sebelah kanan. Disana, bukan?
JULIA: Oh, tahan. Sekarang aku yang melakukannya.
SUARA WANITA: Disini saya sedang melewati saat-saat yang
sangat mengerikan … Cobalah dorong saya dan saya akan segera ada di sana … Akan
saya sulut api di rumah anda dan akan saya tembak anda tepat di tengah-tengah
kedua belah mata anda. Saya punya revolver, tahu? Punya teman saya, faham?
JULIA: Sudah saya katakan kalau anda tak bisa membuat saya
takut. Supaya anda mengerti saja, saya juga punya pistol. Jadi, bawalah
revolver milik teman anda itu dan kita akan adu tembak, seperti High Noon …
Sebuah penerbangan ke kematian. Bagaimanapun, kalau anda temukan saya, itu
lebih baik.
SUARA WANITA: Saya mengerti. Betapa kerasnya anda sekeras
paku. Tapi saya tak keberatan. Dokterku sayang, anda harus mengakui tidak
menulis artikel-artikel penting di majalah-majalah, membawa seberkas cahaya
redup harapan pada seorang perempuan malang yang putus asa karena
neurodeleumnya ~ dan kemudian membuat pertengkaran melalui telepon.
JULIA: (Kepada diri sendiri)
Oh Tuhan di Surga, apakah semua orang di luar sana mengira aku … Kau bahkan tak
bisa menendang ember pada ketenangan. (Bicara ke
telepon) Baik, baik, saya mendengarkan. Apa yang dapat saya
bantu?
(Sementara itu adegan cerita detektif dalam tv
masih terus berlangsung. JULIA yang dari tadi mengusap-usap remote control,
secara tak sengaja memijit tombol volume dan memperbesar suara tv)
POLISI DI TV: Biarkan pergi pelacur itu … Tak bisakah kau
lihat kalau dia hanya seorang pelacur schizophrenic?
JULIA: (Segera mematikan tv)
Maaf, saya tak bermaksud begitu.
SUARA WANITA: Apa itu ditujukan kepada saya? Pelacur
hysteria! Anda menceritakan kepada suami anda kalau …
JULIA: Bukan, bukan suami saya! Itu adalah detektif tv.
SUARA WANITA: Maksud anda mengatakan kepada saya kalau di
rumah anda ada detektif tv?
JULIA: Tidak, bukan. Saya tak hidup … di dalam tv, kalau anda
faham maksud saya. Baru saja saya tak sengaja memperbesar suara …
SUARA WANITA: Menarik orang lain! Bagaimana bisa detektif tv
anda tahu kalau saya termasuk ke dalam skenarionya?
JULIA: Skenario?
SUARA WANITA: Saya ini gadis panggilan, seorang pejalan kaki.
Apapun yang anda suka, Dokter. Dan jangan terdengar begitu dungu sebab saya
telah katakan semua ini di hari lain pada saat operasi. Anda dan suami anda
adalah satu-satunya yang tahu tentang schizophrenic saya. Anda mengatakannya
sendiri. Dan katakan pada bedebah suami anda itu untuk tiduran saja di ranjang
atau saya akan meledakkan kepalanya.
JULIA: Bagus! Jadi untuk siapa saya buat video ini? Dengar,
jauhkan tangan anda dari suami saya. Biarkan saja dia hidup dan mati putus asa.
SUARA WANITA: Hallo. Apa sebenarnya yang baru saya katakan?
Saya tak mengerti!
JULIA: Tak apa. Cepat katakan saja apa mau anda.
SUARA WANITA: Entahlah. Saya sudah kerjakan semua latihan,
seperti yang anda katakan, tetapi pada bagian dimana saya membakar kecacatan
saya, tak sesuatupun terjadi. Saya lakukan lebih jauh lagi … Faktanya justru
berjalan dari yang buruk ke yang lebih buruk lagi, padahal saya tak memiliki
satu pun masalah dalam cara kerjanya … mengerikan! … Saya ini lebih baik dalam
sentuhan penyerangan.
JULIA: Kenapa? Apa yang anda lakukan?
SUARA WANITA: Well, disanalah. Seperti yang pernah saya
katakan, saya melakukan bisnis tanpa aturan. Saya sudah membuatnya siap.
JULIA: Anda membuatnya siap? Siapa yang anda buat siap?
SUARA WANITA: Klien … Saya berlatih … apa namanya itu? …
Benda oral yang, yang tak seperti Wanker Reagen di Amerika.
JULIA: Ah, saya mengerti. Lalu apa yang terjadi?
SUARA WANITA: Secara tak sengaja, tiba-tiba saja saya begitu
terasuki dan saya membenamkan gigi-gigi saya ke dalamnya.
JULIA: Anda Apa?
SUARA WANITA: Memutuskannya … begitu. Ada gigi taring tua di
sekitarnya. Ngomong-ngomong seperti Hound of Baskervilles. Saya tak lepaskan.
Dia melolong ketika benda itu tercacah, dan dia menggebuki kepala saya. Itu
buruk, sebab dengan demikian seperti memukulkan palu ke atas alat pencacah
biji-bijian. Memutuskan! Anda tahu apa yang saya maksud, bukan? Zaak! Benda itu
meloncat-loncat di udara.
JULIA: Apanya dia yang anda sebut tadi?
SUARA WANITA: Hanya salah satu kelerengnya. Untungnya benda
itu bergulingan di bawah lemari makanan dan saya coba mengambilnya. Saya
memasukkannya dengan hati-hati ke dalam kantung plastik dan memberinya beberapa
balok es kemudian membawanya cepat-cepat ke rumah sakit terdekat. Anda tahu
keadaan rumah sakit sekarang, mereka melakukan pengurangan dan lain-lain. Tapi
apapun yang jatuh dan lepas, mereka dapat mengembalikannya. Sungguh hebat.
JULIA: Pekerjaan yang sungguh menakjubkan, hah.
SUARA WANITA: Harus saya katakan kalau laki-laki itu cukup
baik dalam hal ini. Dia bahkan tak melaporkan saya. Dia katakan kepada polisi
kalau dia diserang monyet yang sangat lapar di kebun binatang yang memukulnya
ketika dia memberinya permen. Tak ada terimakasihnya monyet itu. Bagaimanapun
anda akan mengerti kalau dalam jalur bisnis saya, saya takkan dapat bertahan
dengan risiko masalah-masalah seperti ini. Sekali anda mengunyah empat atau
lima biji peler, kata-kata itu berputaran, dan mereka melempari saya ketika
melihat saya. Jadi katakanlah, Dokter, apa yang harus saya lakukan?
JULIA: Well, pertama … anda tahu kan, pelindung yang seperti
permen karet yang biasa digunakan petinju di mulut mereka untuk
melindungi gigi mereka? … Kalau saya, saya akan menyimpannya di sekitar gigi
saya … dan, akan saya lakukan latihan-latihan yang mungkin terlewatkan.
SUARA WANITA: Meski huruf-huruf vokalnya masih mendengung?
JULIA: Meskipun demikian. Jagalah supaya mulut anda tetap
terkatup, khususnya ketika di sekitar kemaluan laki-laki. Dan bernafaslah
dengan teratur melalui hidung.
SUARA WANITA: Hanya itu?
JULIA: Itu hanya salah satu saja yang harus anda lakukan tapi
sangat penting. (Kepada diri sendiri) Apa yang
terjadi? Bagaimana bisa aku terlibat kedalamnya? Disini aku bermain sebagai
bibinya penderitaan. Aku merasa seperti penjaga … seorang penjaga biji peler,
kurang lebih. (Mengangkat telepon lagi)
Sekarang dengar baik-baik.
SUARA WANITA: Saya janji. Saya janji.
JULIA: Besok ambillah kereta pertama dan pulanglah. Anda dari
Fortar, bukan?
SUARA WANITA: Tidak juga. Saya dari Brechin.
JULIA: Sama saja … Apa ibu anda masih hidup, disana?
SUARA WANITA: Ya. Kasihan sudah tua.
JULIA: Baiklah. Pulanglah untuk semantara, setidaknya dalam
waktu sebulan, dan anda akan lihat bagaimana perubahannya. Ambillah sekantung
udara segar, lakukan sedikit pekerjaan, tapi jangan sampai terlalu capek. Anda
akan merasa menjadi wanita baru.
SUARA WANITA: Anda yakin itu akan berhasil?
JULIA: Sangat yakin. Saya sudah mencobanya ratusan kali dan
jika saja anda dapat melihat saya sekarang … penuh dengan emh, dari atas dan di
emh … anda tahu yang saya maksud? Tak cukup waktu sehari!
SUARA WANITA: Tuhan memberkati anda, Dokter. Akan saya
lakukan apa yang anda katakan. Anda sungguh manusia suci. Saya mulai merasa
baikan. (Dia menutup telepon, begitupun Julia)
JULIA: ini bisa membuatmu gila. Coba-coba merawat laki-laki
gila atau wanita-wanita gila ini. Hampir saja aku memperburuk segalanya. Jika
saja dia benar-benar datang kemari, mengajakku berduel dan membakar rumah ini,
aku terpaksa menunda segalanya. Dan kapan aku bisa tenang dengan diriku lagi?
Bicara, bicara … aku membuang-buang waktu … aku harus menyelesaikan videonya. (Menyalakan sebatang rokok dengan tampang khawatir. Serta
merta, gambar-gambar terbuka, sirine dan lampu mulai berkilatan) Oh
kalian benar-benar membuatku gugup. Sebatang saja, setelah itu tak lagi. Bukan
permintaan yang berlebihan. Lagi pula aku musti konsentrasi, faham? (JULIA memegang lighter di tangannya dan dengan kasar
melemparkannya ke arah dinding. Terdengar sebuah jeritan. JULIA tertegun kaget.
Jeritan itu datang dari flat sebelah)
SUARA PEREMPUAN(Dari sebelah): Bangsat kau.
JULIA: Oh Tuhan, dinding itu bisa ngomong.
SUARA PEREMPUAN(Dari sebelah): Kau pukul aku karena
aku tak bisa melawan.
JULIA: Ah! Pintu tetangga sebelah.
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Kau sendiri masih
cukup baik dengan tanganmu itu. Bangsat.
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Bangsat. Selalu di
atas sini dengan pelacurmu itu.
JULIA: Mereka selalu saja bertengkar kemudian bercinta.
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Kubunuh kau! (Terdengar suara tubrukan disebabkan oleh sesuatu yang
dilemparkan)
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Gila. Kau hampir saja
kena kepalaku … Letakkan itu! Yesus Kristus, itu perunggu.
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Akan kulempar ke kepalamu.
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Aku bersumpah tak ada
apa-apa antara aku dengan perempuan itu. Letakkan benda itu!
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Tidak, Maxie! (Terdengar suara tamparan) Ouw, sakit.(Suara keduanya mulai menurun)
JULIA: (Mendekati dinding dan
berteriak) Lebih keras! Aku tak bisa dengar. Ayolah, kalian tak bisa
memulai sebuah cerita dan mematikan suaranya tepat di tengah-tengah. Tapi aku
punya, disini, microphonic, amplifier stethoscope. (Mengeluarkan
peralatan acoustic, mendekatkannya ke dinding, menarik kabel-kabel, mendekati
amplifier dan memasukkan pin-pinnya ke mesin. Sesegera itu suara dari dua
tetangga itu, masih bertengkar, dapat terdengar dengan jelas)
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Aku tahu, Maxie …
hanya saja ketika aku lihat kau di dekat wanita lain … aku mulai berpikir
kalau-kalau kau … kau tahu apa maksudku … bisa saja kau berkata-kata dan
berbuat seperti apa yang kau lakukan padaku … Oh, Maxie, aku hilang kendali …
Aku merasakan kakiku bergetaran.
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Ayolah, bagaimana bisa
kau membayangkan aku dapat menyukai wanita tua jelek seperti itu … pantatnya
saja menggantung di antara pergelangan kakinya. Apa kau pernah lihat dirimu di
sampingnya? Dibanding dia, pantatmu nampak terlipat di bawah tanganmu.
JULIA: Flamingo!
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Ah, jadi ini hanya
masalah pantat.
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Tidak, tidak … mata
juga.
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Maksudmu, mataku
terlipat di bawah tangan?
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah):Jangan bodoh … Pisahkan
dulu dari kenyataan kalau aku selalu percaya pantat yang tinggi berarti juga
gairah yang tinggi … Tak seorang pun dapat menandingimu … Aku mencintaimu.
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Ya, tak seorang pun,
tak seorang pun … Teruskan, katakan itu terus, Maxie.
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Tak seorang pun dapat
menandingimu … bahkan dengan hak tinggi. (Suara-suara
rintihan dan ciuman kecil)
JULIA: Lebih baik daripada Dallas di hari apapun!
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Aku tergila-gila
padamu!
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Lagi, lagi … Katakan
lagi. Oh, Maxie, kau mengagumkan. Kau hebat … Aku rela mati demi cintaku
padamu.
SUARA
LAKI-LAKI (Dari sebelah): Tapi kau harus janji tak akan ada lagi
kejadian seperti tadi.
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Aku janji, aku janji.
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Dan kau akan berhenti
melemparkan buku perunggu itu ke arah kepalaku.
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Tidak, tak akan lagi
ke arah kepalamu. Tidak sayang, tidak seperti tadi. Biar aku bukakan bajumu.
JULIA: Buka! Buka! Buka!
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Kau sayang!
Ahh…ohh…seperti itu. Bukalah, ouw!
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Kenapa? Apa yang aku
lakukan?
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Risletingnya,
risleting celanaku … kena, apa mereka menyebutnya … Accchh … benda itu
terbenam.
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Oh, sayang … tunggu
akan kuperbaiki … Oh Tuhan, tepat di bintik lunaknya. Aku tak bisa
menggerakkannya.
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Pelan-pelan,
pelan-pelan. Kau memperparahnya … Acchh, tolong.
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Aku harus memotong
celananya.
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Kau akan merusaknya.
Ini barang baru. Mungkin sebaiknya kita ke rumah sakit saja. Accchhh …
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Ini dia. Sudah. Sayang
sekali aku harus memotongnya sedikit.
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Kau apa?
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Kemarilah biar aku
obati kau … Teensy, Weensy, Bandage …
SUARA
ENGINEER (Dari sebelah): Mengagumkan. Kau harus membalut dirimu sendiri
dan kau tahu dimana bisa mendapatkannya. Pakai saja segulungan. Demi Tuhan! Apa
kau akan terus meraung seperti kucing kepanasan? Kami harus tidur, heh!
JULIA: Itu pasti suara engineer di flat 3A.
SUARA PIANIST (Dari sebelah): Diam kau bangsat tua
kotor! Tinggalkan dua anak muda yang sedang kasmaran itu. Mereka begitu manis.
JULIA: Perempuan pemain piano di 3B! (Sepasang kekasih itu senyap) Tuh, kan. Aku sudah
tahu, benar-benar senyap. Aku jadi tak bisa dengar lagi kalau cinta sudah lebih
kuat daripada pembalut. (Ayamnya matang, JULIA
memindahkannya dari panci, menyimpannya di atas piring, menghiasinya dengan
buah zaitun, sepotong jeruk dan selada. JULIA memandangi hasil kerjanya)
Cantiknya, tapi kau juga membuatku mual. Kau tak ada apa-apanya selain ayam
betina dengan sederetan tepuk tangan. Sepanjang hari tertahan disana dengan
yang lainnya dan sepasang gelas hijau di sekitar paruhmu untuk membuatmu
percaya bahwa sampah yang kau patuk ada selada qualitas tertinggi dan kacang-kacang
polong segar! Dasar idiot! Dan aku harus mengunyah dengan caraku sendiri satu
mayat seperti itu? Makanan terakhir seorang pesakitan? Tidak. Lebih baik aku
mati dengan perut kosong. Kau melakukan tidur abadi lebih tenang dengan cara
demikian. Tak takut mimpi buruk. (Beranjak untuk
duduk, melihat-lihat sekeliling, menghela nafas panjang) Aku harus
mencari cara menyelesaikan iklan ini. Aku dapat membuatnya menonton
persiapan-persiapan akhir. Tenang, tenang, keluarkan botol, semprotan, lakukan
penyuntikan, dan kemudian, tenang, topeng kematian. (Membuat
seringai kesakitan) Tidak, anak manis, dia tak akan bisa tidur lagi.
(Untuk beberapa detik JULIA memandang sekitar
dengan tenang, tidak yakin dengan apa yang akan dilakukannya. Kemudian matanya
jatuh pada majalah HEALTH. Dia mengambilnya dan membacanya lembar per lembar
sampai artikel yang tadi) Sebuah batu-bata hangat di bawah punggung anda dan
ginjal anda … kepala menggantung di sisi … dengungkan suara vokal. Aku harus
mencoba. Kenapa tidak? Aku sudah coba yang lain. Kalau begitu; pertama,
batu-bata. Bagaimana kalau tutup panci ayam? (Mengambil
tutup panci) Masih panas. Mempersiapkan meja. (Memindahkan kain meja dan piring-piring. Menyimpan tutup
panci di atas meja. Berbaring di atasnya) Tolonglah Tuhan jangan
biarkan aku terlalu gegabah. (Berbaring, mulai
meraung) Ahaa…Ohhh aku tahu suara itu dari mana. (Membiarkan kepalanya tergantung di ujung meja, memulai
effek dengungan) Auooo…Aiooo…Semuanya ada di pikiran, tapi aku rasa
relax. Aooeee….Auooiieeeuuoooh.
SUARA ENGINEER (Dari sebelah): Disini lagikah kita?
Kembali pada kebiasaan kucing di lantai, eh?
SUARA PIANIST (Dari sebelah): Padamu, semua rintihan
menjauh. Tak tahu umur sejompo itu. (PIANIST
membesarkan hati pasangan itu dengan bermain piano. Pasangan kekasih itu mulai
lagi bernafas berat sekali)
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): OH, Maxie … ya, ya …
Aku bisa mati …
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Tenang … Ouch. Kau
membuka perbannya.
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Oh, betapa indahnya.
Aaah … aku akan mengembalikannya sebentar lagi. Aku akan beri segulungan tipis.
Oh Tuhan! Oh Tuhan!
SUARA LAKI-LAKI (Dari sebelah): Oh Tuhan, kau bisa
membunuhku.
JULIA: Aku selalu heran kenapa ketika orang sedang bercinta,
Tuhan selalu tercampur ke dalamnya. Oh Tuhan, betapa indahnya! Oh Tuhan, aku
bisa mati!
SUARA PEREMPUAN (Dari sebelah): Terus, terus! Oh Tuhan
Ibu, aku tak tahan lagi.
JULIA: Seringkali juga kalian masukkan Tuhan Ibu yang Suci ke
dalamnya.
SUARA PIANIST (Dari sebelah): Oh ya, terus, terus …
Ayolah terus, terus.
SUARA ENGINEER (Dari sebelah): Demi Tuhan, hentikan!
(Suara bayi menangis dari luar)
JULIA: Juga! Seorang bayi laki-laki yang kuat! Putra perban! (Turun dari meja) Aku lapar. (Menatap ayam) Aku tak akan menyentuhmu. Sudah
cukup masuk ke dalam gudang gandum bersamamu. Apa yang bisa kudapat? (Menepukkan tangan) Spaghetti. Kasus pertama
spaghetti suicide yang tercatat … Pasta yang banyak. Masukkan ke dalam air
dengan air. (Memasukkan air) Dan aku
akan meneguk salah satu pil-pil ini untuk mengurangi lemak hewani. (Menyimpan panci di atas gas) Spaghetti … Spaghetti. (Telepon berdering dan JULIA mengangkatnya)
Hallo!
SUARA KATIE: Dokter, tolong. Saya mohon anda tidak membentak
saya. Saya sungguh harus bicara dengan anda … Hallo, anda bisa mendengar saya?
JULIA: Hallo! Ya, saya mendengarkan.
SUARA
KATIE: Ini anda, kan. Anda dokter. Saya tak salah nomor.
JULIA: (Pasrah) Tidak,
tidak salah. Ini saya, analyst. (Kepada diri
sendiri) Kenapa tidak?
SUARA KATIE: Barangkali saya salah memilih waktu untuk
menelpon anda.
JULIA: Sebenarnya hanya sedikit tak biasanya.
SUARA KATIE: Saya bisa menelpon lagi nanti, jika anda mau.
JULIA: Itulah, nanti saya tak akan … mau.
SUARA KATIE: Apa ada yang salah, Dokter? Dari suara anda, anda
kedengarannya sedikit down.
JULIA: Tidak, tidak. Saya baik-baik saja … Hanya sedikit
lelah. Anda tahu bagaimananya. Sayangnya, tak semua pasien yang menelpon ke
rumah saya berlaku sopan dan begitu pengertian seperti yang anda lakukan. Yang
satu punya masalah test kehamilan … dan yang satu lagi menggigit kelereng
seorang klien … dan …
SUARA KATIE: Mereka menggigit kelereng klien anda, barusan?
JULIA: Bukan, bukan klien saya. Ah ceritanya panjang, terlalu
panjang untuk saat ini. Ceritakan saja keadaan anda. Tunggu sebentar, biar saya
ganti pesawat penerimanya. (Menarik plug dari
dinding dan memasukkannya ke dalam mesin dan dihubungkan pada headset seperti
model yang biasa digunakan operator) Maaf, tapi barusan saya sedang
duduk makan.
SUARA KATIE: Maafkan saya, saya tahu saya telah mengganggu.
JULIA: Jangan khawatir, dengan headset ini saya bisa bergerak
cukup bebas.
SUARA KATIE: Headset?
JULIA: Saya harus memilikinya supaya ibu saya bisa menelpon
saya kapan saja. Hampir setiap jam beliau menelpon saya. Saya menggunakan
headset ini agar tetap dapat mendengarkannya. Dengan cara ini saya tetap dapat
mendengarnya dan mengerjakan urusan-urusan saya sendiri. Bicaralah!
SUARA KATIE: (Agresif)
Ya, saya sudah mencoba methode anda dan maafkan saya kalau saya tak cukup jujur
kepada anda. Namun satu-satunya hasil yang saya dapat adalah ketika saya
berkicau, petugas pemadam kebakaraan dan polisi datang menyembur.
JULIA: (Tertawa) Ha!
Ha!…Sungguh?
SUARA KATIE: (Terganggu)
Saya senang kalau anda bisa memandangnya dengan lucu.
JULIA: Saya tak bermaksud menertawakan anda … Anda sendiri
memiliki selera humor yang baik … Jadi anda bermaksud mengatakan bahwa anda tak
mendapat keuntungan sama sekali dari … rangkaian terapi itu.
SUARA KATIE: Justru sebaliknya. Seharusnya saya tendang saja
diri sendiri.
JULIA: Kenapa?
SUARA KATIE: Ayolah. Seorang perempuan seusia saya dengan
batu-bata di bawah payudara dan kepala yang melihat ke belakang terus … Ini tak
sungguhan. Saya tak tahu bagaimana saya bisa terjebak pada bualan seperti ini.
JULIA: (Girang tapi berusaha
memperlihatkan perasaan sakit hati) Bualan? Methode itu dicoba dan
ditest di Jepang.
SUARA KATIE: Itulah. Anda harus pergi dulu ke Jepang untuk
mencobanya, sebab jika anda melakukan ekperimen-eksperimen itu disini,
eksperimen itu bisa membuat anda hitam dan biru dan melambungkan anda pada
dentang penipuan terbesar.
JULIA: O, begitu? Hitam dan biru, hah. Anda menelpon saya
hanya untuk mencerca saya. Barusan … anda tak tahu betapa sulitnya saat ini
untuk saya … dan sekarang anda mengatakan kepada saya harus hitam dan biru dan
diekspos sebagai seorang pengacau. Tak ada akhirnya orang ingin melihat anda
tenggelam ke dalam kotoran. Pejalan kaki tadi lebih baik, yang dia inginkan
hanya membakar rumah saya dan menggigit barang kecil suami saya.
SUARA KATIE: Tenang … Maafkan saya. Anda benar, saya agresif,
bermulut besar, sakit ~ bermuka sapi.
JULIA: (Selama percakapan ini
JULIA menset meja dan mengambili spaghetti dari panci) Tunggu
sebentar.
SUARA KATIE: Mementingkan diri sendiri dan lemah otak.
JULIA: Jangan diteruskan.
SUARA KATIE: Pelacur.
JULIA: Baiklah kalau anda memaksa.
SUARA KATIE: Begitulah, saya jadi gombal yang buruk. Kalau
saja anda tahu, Dokter.
JULIA: Anda tak perlu mengatakannya kepada saya.
SUARA KATIE: Saya tak bisa membuat seseorang bahkan sesuatu
pun bertahan. Dengar, saya tak selalu begitu muram dan agresif.
JULIA: Ya. Tapi ini adalah symptom paranoia classic, saya
sendiri pernah mengalaminya. Bagaimanapun … anda menghabiskan waktu seharian
untuk memandangi pusar anda, memandangnya sebagai pusat dunia. Anda biarkan
setitik airmata jatuh menimpa pusar anda itu terus dan terus sampai membentuk
sebuah kolam kecil, kemudian anda celupkan jari anda ke dalamnya dan berteriak
… ’Lihaat, Samudera!’.
SUARA KATIE: Anda celupkan jari anda dan berkata bahwa itu
adalah samudera.
JULIA: Metaphoris. Paradox Literal.
SUARA KATIE: Untunglah!
JULIA: (Menutup mikropon pesawat
telepon supaya apa yang akan dikatakannya tak terdengar ke seberang, dan
berkata pada diri sendiri) Lumayan juga bisnis menjadi analyst ini.
Aku menemukan sebuah pekerjaan. Sayang sangat terlambat.
SUARA KATIE: Kalau begitu saya ingin anda tahu kalau anda
telah salah orang. Kalau anda menginginkan seseorang berbuat bodoh pada dirinya
sendiri, sayalah orangnya yang nomor satu. Kalau saja anda datang ke rumah
saya, anda akan dapat melihat begitu banyak poster bergantungan di dinding.
JULIA: Anda punya banyak poster di dinding. Apa bunyi poster-poster
itu?
SUARA KATIE: Saat ini saya mencoba menjauhi rokok dan
mengurangi berat badan.
JULIA: Bukan yang satunya lagi?
SUARA KATIE: Apa anda juga sedang berusaha menurunkan berat
badan atau khawatir dengan masalah merokok?
JULIA: Siapa yang tidak? Seorang dokter wanita pun bisa saja
gendut, bukan?
SUARA KATIE: Ya, tentu
saja. Dan ngomong-ngomong masalah itu, hari ini saya terpaksa terjebak dengan
banyak ayam. Hampir saja membuat saya muntah.
JULIA: Jangan katakan. Lalu anda membuangnya?
SUARA
KATIE: Tidak, saya membungkusnya saja dengan sebuah bungkusan yang kecil dan
manis kemudian saya mengirimkannya kepada wanita pemilik pondokan saya ini. Dia
ingin mengusir saya. Dengan sedikit keberuntungan dan dengan cara kerja pos
saat ini, benda itu akan sangat berbau busuk ketika wanita itu membukanya.
JULIA: (Tertawa) Ha!
Ha! Nekat benar anda ini. Tapi saya suka gaya anda itu.
SUARA KATIE: Gaya … Ya, cukup gaya untuk membuat anda mual.
Saya punya masalah neurosis sehingga saya tak dapat menyingkirkannya. Tubuh
saya hampir tak dapat menerima perintah gerak. Saya makan kulit padi dan saya
masukkan suppositories bawang putih ke dalam pantat saya sehingga membuat nafas
saya seperti komodo di kebun binatang.
JULIA: Dengar, saya harus mengatakan kepada anda tentang
sesuatu hal, dan ini saya tak bicara sebagai seorang psychiatrist. Sebenarnya,
saya ingin mengatakan kepada anda bahwa saya ini hanya seorang perempuan biasa,
seseorang yang anda ajak bicara di telepon karena sebuah kesalahan. Dan yang
menakjubkan adalah, anda ini bagai selembar photocopian diri saya. Saya seperti
sedang melihat diri sendiri di dalam sebuah cermin raksasa. Anda tahu, saya
merasa hampa dan putus asa, seperti anda, dan bahkan mungkin lebih. Saya
berputar-putar menempelkan poster dan saya makan makanan yang dijatah. Dan
lebih lagi saya percaya kalau saya adalah seorang wanita modern hanya karena
saya memiliki peralatan elektrik dan elektronik, bahkan di kamar mandi.
SUARA KATIE: Tunggu sebentar, Dokter. Saya tahu ke arah mana
tujuan anda. Saya bukan pengoceh sadar yang bisa anda atur-atur dengan
permainan bantah cermin atau dengan berteriak ‘Saya juga sama! Saya juga sama!’
JULIA: Jadi anda tak mempercayai saya. Anda pikir saya adalah
seorang penipu.
SUARA KATIE: Cukup dengan pemutarbalikan ini. Saya pikir anda
ini yang terbaik. Syukur kalau anda bukan seorang psychiatrist atau
analyst-analyst trendi itu.
JULIA: Apa maksud anda saya bukan anal…
SUARA KATIE: (Menyela)
Saya memahami setelah kita berbicara selama lima detik. Bahasa anda terlalu
seperti manusia biasa dan cerdas bagi anda menurut profesi saya.
JULIA: Profesi anda? Anda maksud kalau anda adalah … ?
SUARA KATIE: Ya, saya adalah seorang dokter.
JULIA: Kenapa anda tak menyuruh saya diam saja dari tadi?
SUARA KATIE: Sebab saya sungguh sedang memerlukan orang
seperti anda … seseorang untuk membicarakan hal-hal yang biasa,
kebiasaan-kebiasaan sehari-hari … sebelum saya tendang embernya.
JULIA: Menendang ember? Apa anda di atas?
SUARA KATIE: Saya melakukannya dengan diam-diam. Anda masih
bisa dengar saya? Saya sulit sekali mengatakannya.
JULIA: Apa yang anda lakukan, Dokter? Bicaralah. Apa anda
ambil sesuatu?
SUARA KATIE: Tidak. Saya baru saja memutar suit gas … dengan
sangat ceroboh … jadi saya dapat pergi hampir tanpa peringatan … Anda tahu,
rasanya cukup nyaman.
JULIA: Dengar, anda sekarang harus mendengarkan saya. Ini
bukan trik. Saya juga pernah memutuskan untuk bunuh diri. Saya sudah siap
dengan paraquat, anda tahu pembunuh rumputan itu. Saya sudah mengambilnya
sedikit.
SUARA KATIE:
Menakjubkan! Benar-benar sebuah kebetulan.
JULIA: Anda tak percaya saya?
SUARA KATIE: Yeah, saya percaya. Lagi pula lebih baik begitu.
JULIA: Tidak, sebentar. Saya sadar beberapa menit yang lalu,
acting menjadi analyst ini, mendengar keputusaasaan orang lain, mendengar
banyak kata-kata. Yang saya pikir dan bicarakan tapi dengan suara yang berbeda
… Semua ini tampak absurd! Awalnya nampak begitu logis, dan sekarang seperti
sebuah kegilaan.
SUARA KATIE: Anda kan tahu apa yang mereka katakan, kegilaan
dan kelogisan itu sangat dekat.
JULIA: Ayolah, katakan pada saya dimana anda tinggal. Beri
saya alamat anda dan saya akan segera datang. Kita bisa bicara …
SUARA KATIE: Kita sudah cukup berbincang, bukankah begitu,
dan cukup manis. Saya benar-benar membutuhkan suara yang baik hati seperti
suara anda ini untuk tetap menemani saya kemana saja.
JULIA: Tolonglah, saya mohon beri saya kesempatan. Katakan
kepada saya dimana anda tinggal.
SUARA KATIE: Saya sungguh berterimakasih atas perhatian yang
anda berikan, tapi itu tak ada gunanya. Akan membahayakan anda, sebab saya
telah memasang kebel bel pintu sehingga orang pertama yang memijit tombolnya
akan menciptakan percikan api dan BOOOM, seluruh isi ruangan ini akan terbang
ke udara. Saya tak mau bangsat-bangsat sepupu saya menemukan furniture bahkan
kain lap pel sekecil apa pun untuk mereka bagi-bagi. Dan akan saya berikan
apapun untuk melihat muka wanita pemilik pondokan yang telah mengusir saya keluar. ‘Pergilah,
kita lihat dimana kau dapat menyewa tempat dengan tumpukan-tumpukan ini!’ Sudah
cukup semuanya. Saya sudah terlalu lama mengganggu ketenangan anda.
JULIA: Sebentar, jangan ditutup. Coba dan beralasanlah!
SUARA KATIE: Beralasan? Begitu. Dengar siapa yang bicara.
Anda sendiri berniat bunuh diri dengan paraquat pembunuh rumputan, dan anda
mengatakan kepada saya supaya beralasan?
(Suara deringan bell)
JULIA: Sebentar, jangan tutup dulu. Ada seseorang di pintu.
Saya segera kembali.
SUARA KATIE: Baiklah saya tunggu. Tapi jangan terlalu lama.
JULIA: (Berlari ke arah intercom)
Hallo?
PENJAGA PINTU: (Suara dari
intercom) Saya penjaga pintu. Ada dua pengantar bunga. Akan saya
suruh mereka untuk naik.
JULIA: Tidak, tunggu. Hallo? Tahan dulu mereka disana dan
saya akan … Hallo? Dia menutupnya. (Memasang
kembali headset) Hallo, Dokter, masih disana? Anda dapat dengar
saya?
SUARA KATIE: Ya … Saya dapat mendengar anda … Suara anda jadi
terdengar lucu … Ini mulai bekerja.
JULIA: Perhatikan ini. Bukalah jendela lebar-lebar. Matikan
gas. Atau setidaknya kasih saya tahu siapa nama anda.
SUARA KATIE: Untuk apa? Baiklah jika anda sungguh harus …
Nama saya Katie.
JULIA: Dengarkan saya, Katie. Kalau anda memutuskan untuk
bunuh diri, tak seorang pun memperhatikannya.
SUARA KATIE: Mungkin tidak … Tapi sekarang saya sudah berani
… Saya bisa … Lagi pula siapa tahu?
JULIA: Tapi bisa jadi ini sama sekali bukan sebuah keberanian
melainkan sebuah kepengecutan. Saya katakan ini kepada anda sebab … (Deringan di pintu. Julia, masih bicara, melihat keluar
pintu) bisa saja takut menghadapi … (Keras-keras
keluar pintu) Saya datang … (Bicara ke
telepon lagi) Terror dari (Membuka
pintu. Sebuah bouquet bunga langsung menyerbu wajah Julia) … Ya
Tuhan! (Headset telepon JULIA terlepas. Dua lelaki,
satu muda dan yang satu lagi lebih tua, muncul dari belakang bouquet bunga.
Mereka mengarahkan pistol ke arah JULIA)
YANG TUA: Diam di tempat! Kalau kau bergerak atau berteriak,
berarti mati!
YANG MUDA: Ya. Pistol ini berisi dan kalau dia sampai
meledakkan kepalamu, itu takkan mrngganggu kami.
JULIA: Sayang, seandainya saja kalian datang dari tadi, pasti
keadaannya akan lebih baik.
YANG TUA: Apa maksudmu? Jangan takut, kami takkan lama, kami
hanya mau uangmu.
JULIA: Kurang beruntung, kacung. Aku baru saja
membatalkannya, katakan saja perjalananku.
YANG MUDA: Bagus, berikan uang perjalananmu itu.
JULIA: Ini perjalanan bebas bea, gratis … Hanya sekali jalan.
YANG TUA: Dengar! Jangan berbelit-belit, faham? Keluarkan
saja semua yang kau punya meski …
JULIA: Tenang, tenanglah. Tak masalah. Kalian boleh ambil
yang banyak, OK? (Beranjak mengambil tas tangannya)
YANG MUDA: (Merebut tas) Nggak usah buru-buru!
JULIA: Di
tas itu hanya ada tujuh pound.
YANG MUDA: Bangsat. Dia benar. Satu lima puond-an dan dua
satu pound-an.
YANG TUA: Kau tak mau kami menyakitimu, kan? Ambil semua
duitmu seperti yang kukatakan. (Mengeluarkan
lighter rokok untuk menakuti JULIA. Ini membuat kekacauan, gambar-gambar
terbuka, sirine berjuit-juit, dan lampu mulai berkilatan)
YANG MUDA: Ya Tuhan. Alarm. (Buru-buru
meloncat keluar)
YANG TUA: Berhenti! Ini hanya karena poster-poster dan
gambar-gambar itu.
YANG MUDA: Bedebah! Kau telah membuatku gemetar. (Menampar JULIA, lampu-lampu kembali menyala) Apa
lagi ini?
JULIA: Saat kau menamparku, kau membuat transformernya
meletup.
YANG MUDA: Saat aku memukulmu?
JULIA: Benar. Kau lihat kotak di dinding itu? Itu adalah
sensor yang akan nyala atau mati setiap kali terdengar suara tepukan. Izinkan
aku … (Menampar kuat-kuat YANG MUDA. Lampu kembali
nyala)
YANG MUDA: Hey. Apa yang kau…?
JULIA: Tuh kan, berhasil?
YANG MUDA: Ya, tapi … Bangsat, kuledakkan juga kepalamu. (Mengarahkan pistol pada JULIA)
YANG TUA: (Menghentikan YANG MUDA
sehingga terjadi ledakaan. Lampu mati) Hentikan, idiot! (Menampar YANG MUDA membuat lampu nyala kembali)
Kalau kau membunuhnya, siapa yang akan beri tahu kita uang yang lebih banyak,
hah? (Tinju lagi)
YANG MUDA:
Jangan memukulku … dan jangan menyebutku idiot, OK? (Meninju
YANG TUA, effek lampu. Mereka saling pukul, membuat lampu terus on ~ off)
JULIA:
Kalian sudah selesai? Jangan berlebihan dengan kentang, perilaku kentang,
anak-anak. Kalian akan merusak switchnya. Kenapa tak kalian ambil pistol itu?
Ambillah sesuka kalian dan pergilah karena aku punya urusan penting yang musti
diselesaikan. (Mengambil headset telepon)
YANG TUA: Apa itu?
JULIA:
Headset telepon. Ketika kalian datang dengan bunga-bunga itu aku sedang ngobrol
dengan seorang teman.
YANG TUA: Teman? Jadi dia sudah mendengar semuanya.
Kemarikan. (Menempelkan headset itu ke telinganya)
Dia sudah menutupnya.
JULIA: Oh Tuhan!
YANG MUDA: Dia pasti menelpon polisi.
JULIA: Sama sekali tidak. Dia sedang merasakannya.
YANG MUDA: Sekarang kau lihat permainannya? Bangsat! Makanya
dari tadi dia terus membadut … untuk mengulur-ulur waktu. Mari kita pergi dari
sini. (Menuju pintu tapi dihentikan temannya)
YANG TUA: Jangan buru-buru.
YANG MUDA: Sebentar lagi polisi akan datang. (Mencoba melepaskan diri. Menerima pukulan (dipukul). Lampu
mati)
YANG TUA: Kita tidak akan meninggalkan tempat ini dengan
tangan kosong. Faham? (Menampar YANG MUDA sekali
lagi. YANG MUDA kemudian mengambil sebuah botol dari trolley dengan maksud
memukul kepala temannya. Mekanisme tamparan beraksi lagi, muncul pesan-pesan
tertulis. Meledaklah suara rekaman. Merasa ketakutan, YANG MUDA menjatuhkan
botol yang dipegangnya)
SUARA YANG
TAK DAPAT DIUBAH: Tak baik mempermainkan dirimu sendiri! Tak ada jalan keluar!
YANG TUA: Apa itu?
YANG MUDA: Mereka menangkap kita. (Lari)
SUARA YANG TAK DAPAT DIUBAH: Alkohol bisa membunuhmu secara
perlahan tapi pasti.
JULIA: (Merebut botol,
mengembalikannya ke trolley. Sepi, semuanya kembali seperti semula. Perlahan)
Tipuan-tipuan kecilku yang lain untuk menjauhkanku dari alkohol.
YANG TUA: Kalau kau tak berhenti mempermainkan kami dengan … (Mencoba menampar JULIA, tapi kali ini JULIA merunduk dan
menghindari tamparan itu, dan tamparan itu mendarat di wajah YANG MUDA. Lampu
padam)
JULIA: Tak ada lagi kekerasan terhadap perempuan! (Melemparkan pukulan yang keras sehingga membuat si perampok
jatuh ke lantai. Lampu nyala)
YANG MUDA: Ayolah. Polisi sedang menuju kemari.
YANG TUA: Duitnya. Cepat.
JULIA: Tak ada lagi. Sumpah. Aku tak tahu kau akan datang
kemari.
YANG MUDA: Perhiasannya juga tak apa. Mulai dari yang ini. (Mencabut kalung yang melingkar di leher JULIA membuat semua
mutiaranya berjatuhan ke lantai)
YANG TUA: Dasar idiot (Menampar.
Lampu padam) Kapan kau lihat
orang di film merebut kalung seperti tadi? Nyalakan lampunya! (YANG MUDA menampar wajahnya sendiri dan lampu kembali
nyala) Setidaknya perlu setengah jam untuk mengambilinya satu per
satu.
JULIA: Kalau aku jadi kalian, aku tak akan membuang-buang
waktu … Aku mendapat kalung itu dari obral. Harganya murah. (YANG MUDA Menggosok-gosok video-tape, menghidupkan kamera)
Kumohon, jangan sentuh itu. Itu adalah mesin yang sangat sensitive. Kalau kau
mau merekam temanmu, biar aku saja. Maukah kau juga mendekati layarnya. Senyum
yang lebar. ‘Reality Show. Seorang perempuan ditodong di rumahnya sendiri
dengan tinju dan effek-effek khusus pencahayaan’.
YANG TUA: Hey. Hentikan itu. (Kepada
YANG MUDA) Kau terlalu lama mabuk obat. Otakmu rusak. Apa yang kau
pikir sedang kau lakukan? Kenapa tak pergi saja ke kantor polisi dengan rekaman
itu? (Kepada JULIA) Hentikan
sandiwaranya dan keluarkan cassettenya.
YANG MUDA: Kau yang otaknya rusak. Dan berhentilah
memanggilku gila atau aku akan marah padamu. Kau pikir mesin ini jebakan … Kau
masih saja mengejar perhiasan … Berapa pikirmu harga benda kecil ini, hah?
Setidaknya 5000 pound. (Kepada JULIA)
Benar, kan? Ayo, berapa harga benda ini untukmu? Ngomong, bangsat!
JULIA: Sekarang, ayolaah … cu, cu, cukup … kalian tak serius
… Aku membutuhkannya. Untuk pekerjaanku. Kalau kalian mengambilnya, bagaimana
aku akan hidup?
YANG TUA: Apa pedulimu? Baru saja kau membatalkan
perjalananmu, bukan? (Dua orang itu mulai mencopoti
kamera dan video-recorder, dan memanggulnya)
JULIA: Setidaknya tinggalkan cassette yang satu itu, baru
saja aku merekam …
YANG MUDA: Kami tak akan berlama-lama dalam urusan merampok
ini, jangan khawatir.
YANG TUA: Ambil radio itu.
JULIA: Jangaaaaan! Jangan radionya.
YANG TUA: (Kepada JULIA,
mengacungkan senjatanya) Diamlah dengan tenang dan manis.
Kuperingatkan kau, kalau kau panggil siapa saja, aku akan kembali lagi untuk
meledakkan kepalamu.
JULIA: Tenang. Tenang saja. (Dua
orang itu berdesakkan di pintu dengan buntalannya) Biar saya buka
pintunya … Selamat jalan, maksudku selamat malam. (Dua
orang itu keluar. JULIA menutup pintu dan kembali mengenakan headsetnya)
Hallo, Katie. Brengsek. Dia benar-benar menutupnya. (Melepas
headsetnya) Apa yang sekarang harus aku lakukan? Tuhan, si bangsat
itu benar-benar memukulku. (Menarik diri dan secara
bersamaan …) Polisi! Segera melapor! Berapa nomornya? Bodoh, 999,
aku sudah hapal benar dalam hati. (Memijit nomor
telepon) Nyambung. Cepat, cepat. Ini dia. Hallo?
SUARA POLISI: (Di telepon) Hallo. Kantor polisi disini.
JULIA: Maaf saya sulit sekali mengatakannya. Orang itu
memukul saya sampai pusing.
SUARA POLISI: Siapa, nyonya?
JULIA: Perampok. Dua orang perampok.
SUARA POLISI: Perampok? Anda baru dirampok, Nyonya? Kapan
itu?
JULIA: Ya, sekitar dua menit yang lalu … di rumah saya …
Mereka masuk dengan bunga-bunga … Tapi bukan karena itu, bukan karena saya
dirampok saya menelpon … tapi karena …
SUARA POLISI: Anda tinggalnya dimana?
JULIA: Jalan
Betnick No. 138, Lantai empat, pintu kedua di sebelah kanan … Tapi anda sangat
harus pergi ke …
SUARA POLISI: Jalan Bentinck No. 138, Lantai empat, pintu
kedua di sebelah kanan, Nomor telepon 6113002.
JULIA: Bagaimana anda tahu?
SUARA POLISI: Seorang perempuan baru saja menelpon kemari dan
melaporkan perampokan di alamat itu.
JULIA: Bagus. Perempuan itulah yang harus anda cari. Apa dia
meninggalkan alamat?
SUARA POLISI: Itu dia. Kami sudah menanyakannya tapi dia tak
mau jawab. Kami pikir kami sedang berurusan dengan seorang penipu. Suaranya
terdengar tak alami, sengau, seperti sedang mabuk.
JULIA: Tidak. Dia tidak sedang mabuk. Dia menghisap gas.
SUARA POLISI: Grass?
JULIA: Bukan grass. Dia tidak mabuk obat-obatan. Dia
menyalakan gas. Kalian harus sangat hati-hati kalau mau memijit bellnya … Lebih
baik jangan memijitnya, sebab dia sudah menyilang-nyilangkan kabel supaya
ketika dipijit, bell itu malah akan menimbulkan ledakan yang dahsyat.
SUARA POLISI: Apanya yang meledak?
JULIA: Flatnya dengan segala furniture dan segalanya … sebab
dia tak mau meninggalkan barang sekecil apapun untuk sepupu-sepupunya … dan
juga supaya perempuaan pemilik pondokannnya hanya bisa menyewakan reruntuhannya
saja … anda paham? Jadi jangan buang-buang waktu lagi, cepatlah, sebab kalau
tidak pasti dia sudah mati.
SUARA POLISI: Baiklah kami segera kesana. Maukah anda berbaik
hati memberitahukan alamatnya?
JULIA: Saya tak tahu.
SUARA POLISI: Maksud anda, anda tak tahu alamat teman anda
yang menghisap gas itu?
JULIA: Tidak seperti itu. Saya baru mengenalnya, karena
majalah HEALTH. Anda tahu kan, mereka menerbitkan nomor telepon saya sebagai
analyst Jepang.
SUARA POLISI: Analyst Jepang?
JULIA: Ya. Tapi teman saya yang gila ini bukan satu-satunya
yang salah … Bayangkan saja, tadi ada seorang perempuan yang bertanya apakah
baik menaruh batu-bata hangat di pantatnya meski tes kehamilannya menyatakan
bahwa dia hamil …
SUARA POLISI: Tenang, Nyonya.
JULIA: Saya tenang. Lihatlah kemari. Tadi saya sedang membuat
video, setenang yang anda suka … sebab saya sudah menentukan untuk bunuh diri
dengan pembunuh rumputan paraquat, saat perempuan-perempuan itu menelpon.
Hallo, Dokter. Sebaiknya anda psychiatrist, jika tidak saya akan datang kesana
dan membakar rumah anda … dan kita akan baku tembak, seperti High Noon, DOR DOR
DOR ... Sebab saya begitu overweight, dan saya menggigit biji peler seorang
klient saya. Benda itu bergulingan seperti bola di bawah lemari kemudian saya
ambil dan memasukkannya ke dalam kantong es kemudian orang di rumah sakit
segera menjahitnya ...
SUARA POLISI: Mari kita perjelas, Nyonya. Apa saya dengar
anda bilang kalau anda menggigit biji peler klient anda?
JULIA: Bukan. Bukan saya. Demi Tuhan, saya vegetarian. Tapi
anda membuat saya bingung. Kita mestinya mencari tahu dimana alamat teman saya
itu.
SUARA POLISI: Baiklah. Bisa anda berikan namanya?
JULIA: Lucunya. Lagi-lagi begini … Namanya Katie.
SUARA POLISI: Oh hoh, Katie. Jelasnya?
JULIA: Entahlah. Dia tak mengatakannya. Tapi katanya
dia itu dokter.
SUARA POLISI: Baiklah. Sekarang cobalah mengingat detail yang
lain, yang anda dapat selama percakapan itu.
JULIA: Ya, katanya dia sudah mengikuti petunjuk diet dan dia
mencoba berhenti merokok.
SUARA POLISI: Tidak terlalu baik. Tapi teruskanlah.
JULIA: Dia menggantung poster-poster di dindingnya.
SUARA POLISI: Poster-poster?
JULIA: Benar. Dia melakukan hal-hal gila. Dia rebus ayam tapi
tak memakannya.
SUARA POLISI: Kalau tak memakannya, lalu dia apakan?
JULIA: Dia membuangnya. Tidak, tidak seperti yang anda
lakukan. Sayalah yang membuangnya. Kalau dia mempostkannya, dan membuatnya
menjadi busuk dan bau ketika sampai di rumah perempuan pemilik pondokan.
SUARA POLISI: Itu detail yang menarik.
JULIA: Mungkin saya terlalu berlebihan, tapi saya yakinkan
anda kalau cerita tersebut benar-benar tragis.
SUARA POLISI: Nyonya, tolong pahami posisi saya. Apa yang
akan anda pikir, tentang seseorang yang menelepon anda dan mengatakan kalau dia
akan bunuh diri, tapi tak mau mengatakan alamatnya?
JULIA: Pada awalnya dia tak mengatakan akan bunuh diri.
Awalnya dia hanya ingin ngobrol dengan seseorang, yang bukan dokter.
SUARA POLISI: Dan ketika sedang berbicara dengan anda, dia
memutuskan untuk menggasi diri sendiri.
JULIA: Dia sendiri memang sudah meniatkannya … seperti saya,
karena itulah seperti yang sudah saya katakan, tadi saya sedang bicara dengan
suami saya, yang tak disini, karena kami tak hidup bersama lagi … Mungkin saya
masih mencintainya, walau saya katakan tidak kepadanya. Supaya dia tak menjilat
diri sendiri seperti ayam jantan dari utara. Tapi, teman saya yang menghisap
gas ini, sedikit menyuntik saya, sebenarnya menghina … ”Apa maksud anda
menghanguskan pantat klien-klien anda?” katanya, “dan menyarankan mereka
mendengungkan suara AIUAOOO.” Apa anda menyimak?
SUARA POLISI: Sangat jelas.
JULIA: Jadi, katanya … saya mulai bergumam dan apa yang
terjadi? Pemadam kebakaran mendobrak masuk, tikus-tikus mengiauw dan para
tetangga menguping di dinding. Tidak, yang tetangga itu adalah saya.
SUARA POLISI: Jangan katakan.
JULIA: Dengar, saya mendapat kesan yang jelas kalau anda
menertawakannya.
SUARA POLISI: Demi Tuhan!
JULIA: Apa anda tak sadar kalau waktunya sangat pendek dan
wanita malang itu sedang sekarat? Apa yang menahan kalian? Ada banyak omong
kosong tentang databanks kalian yang mampu melacak penjahat dengan sekilas,
tetapi ketika ada yang mengatakan seseorang yang malang sedang menggasi dirinya
sendiri …
SUARA POLISI: Tenang, tenang. Oya, siapa tadi nama anda?
JULIA: Apa mesti saya lakukan? Bukan saya yang perlu
diselamatkan.
SUARA POLISI: Saya tak terlalu yakin dengan itu.
JULIA: Dengar baik-baik, saya baik-baik saja sekarang
… Semua karena dia, Katie … bagi saya dia seperti … cermin raksasa … yang
memperlihatkan pantulan aneh sekali … membuat segalanya nampak jelas. Dia
berbicara dengan bahasa yang sama dengan saya … Sebuah photocopy absurd. Saya
seperti terkena halilintar. Tiba-tiba saya mendapat visiun tentang diri saya
sendiri, dan menyaksikan … lucu … seperti tak ada sesuatupun di bumi. Itu
adalah kata-kata yang tepat, lucu dan seperti tak ada sesuatu pun di bumi. Saya
melihat kegilaan diri sendiri, anda paham, seperti diproyeksikan ke dalam
bingkai yang tepat. Saya katakan pada diri saya sendiri, saya menunduk sedikit
dan bertanya kenapa saya terus menatapi pusar saya sendiri kemudian mencelupkan
jari saya ke dalamnya yang penuh air mata? Berhentilah berteriak … Tuhan
memberkati samudera! Saya berhenti, terperangkap sendirian di rumah dengan
semua perangkap dan peralatan elektronik serta diet-diet … Ya Tuhan, spaghetti!
Akan terjebak bersama-sama. Tapi siapa peduli? Anda tahu, semua tampak sama
saja bagi saya, semua kebetulan, bahwa di sebelahnya nirwaktu akan menjadi
sumber mata air. Hallo, hallo? Apa masih ada orang disana? Dia menutupnya.
Gila. Mungkin terputus. (Memijiti nomor telepon, mendengar panggilan dari
intercom) Hallo, ada apa?
SUARA PENJAGA PINTU: Disini ada ambulan dengan beberapa
perawat. Mereka ingin tahu apa benar anda yang baru saja dirampok.
JULIA: Ya, saya. Tapi untuk apa ambulannya? Saya tak luka,
hanya sedikit pusing kena timpuk.
SUARA PENJAGA PINTU: Maaf ini dokternya ingin bicara dengan
anda.
JULIA: Apa, Dokter?
SUARA DOKTER: Selamat malam. Jangan kemana-mana, kami segera
kesana.
JULIA: Sebentar. Ada yang salah. Anda dokter?
SUARA DOKTER: Polisi menelpon kami. Kami segera
kemari. Tolong buka pintunya. Anda bisa jalan sendiri?
JULIA: Apa maksudnya?
SUARA DOKTER: Seperti saya katakan. Dapatkah anda lakukan
sendiri tanpa bantuan? Kalau tidak kami akan membawa blankar.
JULIA: Blankar? Tunggu sebentar!
SUARA DOKTER: Lainnya lagi. Tolong jadi anak baik. Lepaskan
kabelnya dari bell, tapi anda tak bisa terlalu hati-hati … dan, buka jendelanya
lebar-lebar, kalau bisa.
JULIA: Tidak … Anda harus membetulkannya dulu … wanita
lain yang sedang menghisap gas … Saya adalah orang yang dengan paraquat …
SUARA DOKTER: Pembunuh rumputan. Saya tahu, saya tahu.
Opsir-opsir itu mengatakannya kepada kami … Ayam bau busuk sampai langit dan
diselipkan di kotak post, kelereng tergigit di dalam kantong es, dan test
kehamilan. Jangan khawatir tentang semua itu, kami datang. Tenang saja dan
jangan melawan barang sedikit pun.
JULIA: Perlawanan macam apa yang bisa kulakukan? Apa yang mau
anda lakukan kepada saya? Apa anda pikir saya ini gila? Saya tak mau pergi ke
rumah gila.
SUARA DI PINTU: Sekarang, buka pintunya atau kami dobrak.
JULIA: (Putus asa) Jangan, jangan rumah gila. Aku tak
mau ke rumah gila manapun. Tidak, tidak, tidak. Jangan rumah gila manapun.
(Lampu perlahan
meredup bersamaan dengan alunan musik)