NYONYA BERDANDAN
DI DALAM KAMAR, DIIRINGI SEBUAH NYANYIAN DARI TAPE RECORDER. TIBA-TIBA TUAN
MASUK. NYONYA TERKEJUT SEKALI DAN SEGERA MEMATIKAN TAPE RECORDERNYA.
NYONYA
Keterlaluan!
Keluar!
TUAN
Maaf,
Nyonya
NYONYA
Ini
kamarku, Tuan!
TUAN
Ya,
Nyonya
NYONYA
Suamiku
bisa mengamuk, Tuan!
TUAN
Istri
saya juga begitu, Nyonya
NYONYA
Tuan
begitu lancing! Keluar, Tuan!
TUAN
Saya
mau membayar utang, Nyonya
NYONYA
Tunggu
saja di luar
TUAN
Saya
tergesa, Nyonya. Lagipula jumlah utang tetap saja nilainya, walau dibayar di
mana pun juga. (Mengeluarkan sejumlah uang) Ini Nyonya. Sebagaimana yang saya
janjikan
NYONYA TIDAK
MENERIMA UANG ITU
TUAN
Apa
Nyonya tidak akan menghitungnya?
NYONYA
Nanti
saja! silakan Tuan keluar!
TUAN
Agar
Nyonya tidak sangsi atau merasa tertipu nantinya, biar saya tolong
menghitungnya (Duduk di atas tempat tidur
menghitung uang, tapi matanya terpaku pada tubuh Nyonya yang sedang berdandan)
romantic sekali kamar ini. Apa disebabkan warna sofa, atau karena suasananya
cukup sunyi? Ya… ya… dimana-mana kamar seorang wanita cantik selalu menarik.
NYONYA
Tuan
menghitung uang atau….
TUAN
Atau
apa, Nyonya? Jangan bicara sepotong-sepotong. Saya tidak begitu tergesa. Atau
apa, Nyonya?
NYONYA
Tergesa
atau tidak, tapi ekornya Tuan. ekornya
TUAN
Nama
Nyonya akan cacat, begitu ekornya bukan?
NYONYA
Tuan!
Letakkan uang itu dan keluar!
TUAN
Baik,
Nyonya (Meletakkan uang) mengapa Nyonya
duduk di situ sewaktu berdandan?
NYONYA
Di
kamarku, duduk atau berdiri itu urusanku. Tak seorang pun dapat melarang
TUAN
Kalau
begitu, duduk di sini saja
NYONYA
Apa?
Duduk di samping Tuan? Duduk berdua di atas tempat tidurku? Tak useh ye. Tuan
tahu, akulah istri yang sangatt setia pada suami
TUAN
Tunggu,
Nyonya. Adakah larangan kalau kita duduk berdua pada suatu tempat? Di mana-mana
itu bisa terjadi, Nyonya. Dalam bis, kereta api, pesawat udara, rumah bersalin,
bahkan dalam bioskop sekali pun, itu
biasa terjadi. Dan masing-masing orang tidak saling curiga.
NYONYA
Larangan
resmi memang tidak ada kalau kita duduk berdua. Tapi, agama, ada moral, etika,
atau ahlak?
TUAN
Semua
yang Nyonya katakan itu hanya berlaku pada masyarakat luas. Umum sifatnya. Tapi
bila Nyonya setuju duduk berdampingan? Siapa melarang, yak an? Pokoknya
persetujuan, Nyonya. Persetujuan adalah inti dari segalanya. Jual beli, kawin
cerai…. Semua harus berdasarkan persetujuan. Wah…. Tempat tidur yang begini
cantik memang disediakan untuk dua orang, Nyonya.
NYONYA
Segala
sesuatunya Tuan hubungkan dengan fungsi. Apa Tuan akan menyeretku lagi agar
menjual tempat tidur itu?
TUAN
Tidak
hanya tempat tidur, Nyonya
NYONYA
Tidak
hanya tempat tidur? Tempat dudukku ini juga Tuan beli? Tidak bisa, Tuan! Tidak
bisa.
TUAN
Dalam
perdagangan semuanya bisa terjadi, Nyonya. Asal ada persetujuan. Kalau Nyonya
mau menjualnya, ini misalnya saja Nyonya seharga tujuh ratus dua puluh lima
ribu dan saya pun setuju membayarnya
maka apa yang Nyonya katakan tidakn bisa akan menjadi bisa
NYONYA
Apa
sebenarnya yang Tuan inginkan?
TUAN
Hanya
mengikuti kecendurngan saya sebagai pedagang. Membeli segala sesuatu yang
mungkin dibeli dan memungkinkan memperoleh sedikit keuntungan
NYONYA
Bila
kujual kursiku ini dan tempat tidur itu, nanti Tuan tentu akan membeli yang
lain lagi
TUAN
Tergantung
pada peluang yang Nyonya sediakan. Tapi hari ini tidak, Nyonya. Jika Nyonya mau
menjual kursi dan tempat tidur Nyonya, itulah usaha bisnis terakhir saya hari
ini
NYONYA
Terakhir?
TUAN
Ya.
Tidak percaya? Tanya istri saya
NYONYA
Baik,
agar Tuan segera angkat kaki dari kamar ini, kursi dan tempat tidur itu akan
kujual sebagaimana yang Tuan inginkan. Berapa?
TUAN
Lima
ratus ribu
NYONYA
Tadi
Tuan mengatakan tujuh ratus dua puluh lima ribu! Apa Tuan sudah gila! Atau
kerasukan nafsu!
TUAN
Tawar-menawar
Nyonya. Tapi baiklah. Saya bayar. (Menyerahkan uang) ini
NYONYA
Aku
terima. Cukupkan? Nah, silahkan pergi
TUAN
Apa,
Nyonya? Pergi? marilah kita sama-sama menghormati milik orang lain, Nyonya.
NYONYA
Tapi,
tempat tidur itu telah menjadi milik Tuan, bukan? Apa lagi?
TUAN
Dan,
kursi itu juga telah jadi milikku, bukan? Dan lagi, apa nanti malam Nyonya akan
tidur di atas milik orang lain?
NYONYA
Tidak.
Nanti namaku akan cacat. Tapi, kenapa Tuan sendiri duduk di atas kursi milik
orang lain?
TUAN
Karena
ingin membelinya, tentu saja saya harus mencobanya terlebih dulu. Sedangkan Nyonya
tidak membeli, tapi menjual. Nyonya, jangan duduki milik saya karena Nyonya
tidak akan membelinya
NYONYA
Jadi,
aku harus berdiri?
TUAN
Tentu.
Kursi itu sudah saya beli
NYONYA
Tuan
harus pergi. aku akan tetap duduk di sini
TUAN
Jadi,
Nyonya nekad? Apa mesti saya adukan ke pengadilan, Nyonya? Biarlah saya pergi
ke pengadilan! Sekarang juga! (Bergerak
hendak pergi)
TERDENGAR
SUARA PARA KEMENAKAN MENDEKAT
NYONYA
Sst!
Ada orang di luar. Jangan pergi dulu
TUAN
Baiklah.
Sampai pagi saya mau bersama Nyonya di kamar ini
NYONYA BERDIRI MENELITI SUARA YANG DATANG
DARI LUAR. KETIGA
PONAKAN DATANG, MERATAP LEBIH SEDIH DAN LEBIH
KERAS LAGI
PONAKAN A
O,
Datukku. Datukku. Ini kemenakanmu. Ini. Percayalah, Datuk. Istrimu tidak ada
gunanya, tak ada artinya lagi….
PONAKAN B
O,
Datukku yang malang. Kau meninggal tanpa didampingi istrimu. O, nasib Datuk,
malang sepaling malang….
PONAKAN C
O,
Datuk. Kami hanya bisa meratap. Dengan ratapan, kau kuantar ke kuburan…..
PONAKAN A
Tak
ada gunanya istri canttik, Datukku. Datuk mati, mungkin dia akan kawin lagi. O,
malang….oi….
PONAKAN B
Ondeh malang, oi…
malang oi…. Maafkan juga perempuan celaka istrimu itu, Datuk….
PONAKAN A
Kok
tidak ada yang keluar? Atau dia masih tidur?
PONAKAN C (Terus meratap)
Beginilah
jadinya. Apa yang terjadi, terjadilah. Pulangkan aku ke rumah Datukku….
PONAKAN A
Sudahlah!
Ada orang lain datang
ISTRI DATANG.
KETIGA PONAKAN BERHENTI MERATAP
ISTRI
Aku
punya bukti cukup. Suamiku telah
berbuat…. Ah malu aku. Suamiku tentu berada di rumah ini. O, kekasih hatiku.
Pulanglah dikau. Kucing dapurmu datang memanggil….
PONAKAN C
Jangan
emosi, Nyonya. Suami Nyonya sekarang tentu sedang sibuk berbisnis….
ISTRI
O,
suamiku tercinta…. Apakah berbeda luas ladangku dengan lading pemilik kursi
rumah ini…. (Sadar) maaf, Nyonya-Nyonya.
Saya kalau dirasuk nafsu amarah sering lupa diri. Saya memang begitu, Nyonya.
Dulu semasa kuliah, saya pemain sandiwara
PONAKAN C
Lebih
baik Nyonya cari ke tempat lain saja. tak ada suami Nyonya di sini.
ISTRI
Baiklah
(Keluar)
PONAKAN A
Kita
pasti diakali
PONAKAN B
Masa
dia tak percaya suaminya meninggal. Kita saja sudah begitu sedih, seharusnya
dia….
PONAKAN A
Kalau
begitu, biar aku meratap lagi. (Meratap)
o, Datuk… Datukku, kau telah meninggal. Tapi istrimu tidak percaya….
PONAKAN C
Sst!....
dengar! Ada suara….
DI DALAM KAMAR, TUAN
DENGAN SEGERA BANGKIT DAN LANGSUNG BERJONGKOK DI DEKAT KAKI NYONYA
TUAN
Nyonya,
apa Nyonya kira tidak ada akibatnya kalau berdiri terlalu lama? Lutut Nyonya
bisa bengkak dan kecanikan Nyonya akan berkurang. Apa gunanya wajah cantik,
tapi berlutut besar
NYONYA
Saya
akan berdiri sampai kapan pun
TUAN
Maaf,
Nyonya. Lihat lutut Nyonya! Lutut Nyonya benar-benar mulai membengkak
NYONYA (Melihat lututnya)
Masa
bodoh!
NYONYA-NYONYA
YANG BERADA DI TERAS ITU PUN MELIHAT
LUTUTNYA SENDIRI-SENDIRI PULA
TUAN
Nyonya,
darah mulai mengalir dari betis Nyonya!
NYONYA
Masa
bodoh!
TUAN (memegangi kaki Nyonya)
Maaf,
Nyonya. Saya harus bertindak! Darah tidak persoalan. Tapi kalau darah Nyonya
sempat naik ke puncak kepala, akibatnya
fatal, Nyonya. Saya akan susah menanggungnya
NYONYA
Masa
bodoh!
TUAN
Jangan
gugup Nyonya. Saya sedang berusaha mencegah
NYONYA
Tuan,
lepaskan. Tuan. Lepaskan.
TUAN
Ssst!
Nyonya…. Ada orang di luar barangkali
NYONYA-NYONYA
YANGBERADA DI LUAR JUGA MELIHAT KE ARAH LAIN, MELIHAT KALAU_KALAU ADA ORANG
LAIN YANG DATANG
NYONYA
Tuan,
bagaimana caranya agar Tuan tidak memegangi kakiku lagi?
TUAN
Sebagaimana
siasat Nyonya selama ini
NYONYA
Jadi,
Tuan juga akan membeli tumitku
TUAN
Daripada
darah Nyonya naik ke kepala!?
NYONYA
Biak,
bila Tuan telah menyerahkan uangnya segera lepaskan kakiku
TUAN
Ya,
Nyonya
NYONYA
bayarlah
TUAN
Berapa?
Seratus?
NYONYA
naik
TUAN (Pegangan Tuan naik sedikit)
Dua
ratus?
NYONYA
Naik
lagi
TUAN (Pegangan Tuan naik sedikit lagi)
Empat
ratus?
NYONYA (Geli)
Naik!
Naik Tuan!
TUAN
Bagaimana
Nyonya?
NYONYA
Naik,
Tuan!
TUAN
Naik?
NYONYA
Naik
lagi!
TUAN (Pegangan Tuan semakin naik)
NYONYA
Tuaaaaan!
Aaa….mmmm!
TUAN
Bagaimana
Nyonya? Naik lagi? Harganya jadi terlalu tinggi, Nyonya.
NYONYA
Naik,
Tuan…..
TUAN (Pegangan
Tuan semakin naik)
NYONYA (Berteriak
tertahan dan panjang)
Tuuuuaaaaaaan…!
NYONYA-NYONYA
YANG BERADA DI LUAR SEGERA SADAR DIRI
PARA PONAKAN (Berteriak keras
sekali dan panjang karena marah dan kaget)
Tuuuuuuuuuaaaaaaaaaaaaaaaannnnn…..!
NYONYA DAN TUAN
SEGERA SADAR BAHWA ADA ORANG LAIN DI TERAS. KEDUANYA TERSENAK DAN SALING
BERUSAHA MELARIKAN DIRI. TAPI TIDAK TAHU HARU LARI KEMANA. AKHIRNYA MEREKA
BERANGKULAN DAN SALING MELEPASKAN LAGI
TUAN
Nyonya!
NYONYA
Tuan!
KEDUANYA
BERTABRAKAN DAN SALING BERANGKULAN
NYONYA
Tuan!
TUAN
Nyonya!
NYONYA-NYONYA
YANG DILUAR MENGINTIP DAN TERCENGANG. MEREKA MARAH DAN MENGEJAR TUAN DAN NYONYA
KE DALAM SAMBIL MENGHUNUS PISAU MASING-MASING
PONAKAN A
Tuan!
PONAKAN B
Tuan!
PONAKAN C
O,
kau. Sialan! Ekornya. Ekornya.
ISTRI (Datang tergesa)
Suamiku,
suamiku, suami, suami, suami…. (Tergeletak.
Pingsan melihat Tuan berpelukan dengan Nyonya)
LAMPU PADAM
TAMAT