DIRUANG MAKAN
TUAN
DATANG DAN SEGERA DUDUK DENGAN ENAKNYA DI ATAS KURSI MAKAN, DIIRINGI LAGU YANG
LUCU DARI TAPE RECORDER. NYONYA DATANG DAN TERKEJUT MELIHAT TUAN TELAH DUDUK DI
RUANG MAKAN

NYONYA
Tuan!
Ekornya, Tuan! Ekornya!
TUAN
Maaf,
Nyonya (Berdiri) Nyonya tentu mendengar pertengkaran saya dengan istri saya
gara-gara kursi di ruang tamu itu. istri saya sudah mulai main keras. Saya
tidak ingin istri saya melihat saya duduk di ruang tamu Nyonya.
NYONYA
Kalau
suamiku tahu, bagaimana?
TUAN
Suami
Nyonya masih di rumah sakit bukan? Dia tentu tidak melihat kita, eh… melihat
saya.
NYONYA
Tuan
mau apa?
TUAN
Biasa,
Nyonya
NYONYA
Biasa
bagaimana? Terus terang sajalah!
TUAN
Duduk
di kursi makan tanpa memakan sesuatu maka fungsi kursi makan sebagai kursi
makan telah kita abaikan. Seidaknya ada minuman lah, atau makanan ringan
NYONYA
Tuan
benar-benar seorang penjajah!
TUAN
Saya
bukan penjajah, Nyonya. Tidak percaya? Tanya istri saya. Kursi ini masih ke punyaan
Nyonya, bukan?
NYONYA
Ya,
mau apa?
TUAN (Duduk)
Barang
Nyonya memang enak di duduki
NYONYA
Tuan,
haruskah aku menjual kursi yang Tuan duduki itu agar Tuan tidak lagi di situ?
TUAN
Jadi,
Nyonya mau menjualnya?
NYONYA
Terpaksa!
Agar Tuan tidak duduk lagi di kursi itu
TUAN
Kalau
begitu, baiklah. Buka berapa?
NYONYA
Lima
ratus ribu
TUAN
Lima
ratus ribu? Wah! Kenapa lebih murah daripada kursi tamu, Nyonya? Saya hanya
mengingatkan. Apa Nyonya kira harga sebuah kursi makan begini tidak mahal? Nyonya
tahu, makan tanpa kursi, biadab namanya. Kursi makan inilah yang menentukan
seseorang beradab atau tidak. Kursi makan menentukan status manusia, Nyonya.
Dan alat untuk penentu status itu tidak mungkin murah harganya.
NYONYA
Jadi,
harus lebih mahal?
TUAN
Saya
tidak mengatakan begitu, Nyonya. Saya hanya ingin tahu kenapa kursi penentu
status peradaban ini dijual murah sekali. Apa karena Nyonya memerlukan uang
atau, karena Nyonya akan kembali menjadi manusia primitif?
NYONYA
Tuan
mau beli kursi itu atau tidak?
TUAN
Nyonya
jangan begitu mudahnya menjual kursi saat ini
NYONYA
Kalau
Tuan tidak mau membelinya, pergi!
TUAN
Jadi,
saya dipaksa untuk membeli kursi Nyonya?
NYONYA
Kalau
tidak, jangan duduk!
TUAN
Baik.
Berapa?
NYONYA
Lima
ratus ribu, kataku! Apa Tuan mengharapkan aku menaikkan harga dalam sekian
menit saja!
TUAN
Kalau
Nyonya menaik-naikan harga, pasti tidak ada pembelinya. Idak percaya? Tanya
istri saya.
NYONYA
Tuan
berani berapa?
TUAN
Seratus
NYONYA
Apa
Tuan sudah gila!?
TUAN
Tunggu.
Nyonya menjual kursi ini berdasarkan apa? Kemampuan si pembeli attau keinginan
yang punya kursi?
NYONYA
Agar,
Tuan cepat-cepat pergi dari sini
TUAN
Itu
bukan alas an perdagangan, Nyonya. Kalau mau mengusir saya, kan ada polisi.
Tapi ekornya, Nyonya. Ekornya. Polisi akan menyeret kita ke pengadilan. Nyonya
tidak ingin merusak nama Nyonya sendiri, bukan? Coba Nyonya, apa alas an Nyonya
yang tepat?
NYONYA
Berdasarkan
kemampuan si pembeli, kemampuan Tuan yang terhormat!
TUAN
Jadi,
harganya tetap seratus?
NYONYA
Sialan!
Baiklah. Mana uangnya!
TUAN (Menyerahkan sejumlah uang)
Ini,
Nyonya.
NYONYA (Menghitung uang)
Hanya
lima puluh ribu? Separuh dari harga yang Tuan tawar? Tuan jangan main-main
dalam perdagangan kursi
TUAN
Hari
ini baru mampu separuh, Nyonya. Besok saya lunasi
NYONYA
Tuan
berjanji akan membayarnya?
TUAN
Ya.
Bila ada uang semuanya bisa lunas, Nyonya. Tidak percaya? Tanya istri saya.
NYONYA
Bila
Tuan akan lunasi
TUAN
Bila
Nyonya memerlukannya
NYONYA
Baik.
Nah, sekarang Tuan boleh pergi!
TUAN (Marah sekali dan berdiri di atas kursi)
Nyonya
ini bagaimana? Saya sudah membeli kursi, Nyonya menyuruh saya pergi. Nyonya
tahu, sekarang sayalah pemilik kursi ini. Soal akan saya gunakan untuk kursi
makan atau untuk berdiri, itu persoalan saya sebagai pemilik. Nyonya jangan
coba-coab mengusir seseorang yang sedang berdiri di atas miliknya. Nyonya bisa
saya tuntut! Ke pengadilan, Nyonya! (Turun
dari kursi) ah, Nyonya telah membangkitkan nafsu amarah saya. Maaf. (Duduk lagi)
NYONYA
Maaf,
Tuan. Aku menyuruh Tuan pergi bukan karena hubungan antara penjual dan pembeli
TUAN
Jadi,
sebagai apa?
NYONYA
Sebagai…
sebagai…
TUAN
Sebagai
apa? Terus terang saja, Nyonya. Apakah saya diusir sebagai seorang yang putus
cinta, sebagai… wah… sulit juga mengatakan sesuatu yang saya rasakan sendiri, Nyonya.
Katakan Nyonya, sebagai apa saya bagi Nyonya?
NYONYA (Tiba-tiba amarahnya bangkit)
Uan
telah berutang! Besok Tuan harus bayar! Antarkan uangnya ke sini besok pagi,
mengerti!
TUAN
Besok
pagi, Nyonya?
NYONYA
Besok
pagi!
TUAN
Saya
langsung menemui Nyonya?
NYONYA
Langsung!
TUAN
Baiklah.
Saya langsung menemui Nyonya besok pagi (Keluar
lupa membawa tas)
NYONYA
Benar-benar
gigih keparat itu! (Memerbaiki dandanan)
apa aku harus gosok gigi lebih pagi?
TUAN (Tiba-tiba muncul)
Maaf,
Nyonya. Tas saya ketinggalan (mengambil
tas) tadi Nyonya bilang apa? Gosok gigi lebih pagi?
NYONYA (Kelabakan)
Besok,
Tuan! Besok! Besok, Tuan! (Berlari ke
dalam)
TUAN (Berteriak)
Ya,
Nyonya. Besok pagi! Gosok gigi! (Menyanyi
senang sambil keluar) pagi-pagi kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi….
DARI
ARAH LAIN, KETIGA PONAKAN MASUK SAMBIL MERATAP
PONAKAN A
Malang….
Malang…. O, Datukku. Kau meninggal, tapi istrimu tidak ada di sampingmu…. O, Datukku….
PONAKAN B
O,
Datukku. Istrimu tak ada lagi artinya, tak ada…. Dia bukanlah istri yang
sebenarnya…. O, Datuk….
PONAKAN C
Maafkan
kami Datuk. Maafkan istrimu yang tidak suka padamu itu, Datukku… malang nasib
kita… Datuk dapat istri yang menyia-nyiakan suami….
PONAKAN A
Tidak
ada gunanya beristri cantik. Kau terbujur di rumah sakit, sedangkan dia di
rumah entah membuat kerja apa….
NYONYA
Istrimu
bergoyang pinggul sepanjang waktu, sedangkan kau Datuk….
KARENA
NYONYA TIDAK DATANG JUGA, MEREKA KESAL
PONAKAN A
Tidak
ada orang! sialan!
PONAKAN B (Terus meratap)
O….
Datukku. Datuk telah malang. Dapat istri, tapi….
PONAKAN A
Jangan
terus meratap. Tidak ada orang!
PONAKAN C (Terus meratap)
Dari
dulu kukatakan tidak ada gunanya istri cantik, kalau….
PONAKAN A
Sudahlah!
Dia tidak ada di rumah!
PONAKAN B
O,
jadi dia tidak ada?
PONAKAN A
Besok
kita ke sini lagi
PONAKAN C
Ya.
Sialan benar dia!
KETIGANYA PERGI DENGAN KECEWA
LAMPU PADAM