
DUA BELAS
Pesuruh Ya, tuan besar.
Kakek Siapa yang menyuruh…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Kakek Siapa yang menyuru…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Nenek Sejak tadi pagi sudah berapa kali kau berbohong?
Pesuruh Belum sekalipun nyonya.
Nenek Akui saja toh tidak akan mengurangi penghasilanmu.
Pesuruh Terus terang sudah dua kali, nyonya.
Nenek Nah, begitu lebih jantan. Apa saja?
Pesuruh Pertama kepada istri saya.
Nenek Itu tidak perlu, yang kedua?
Pesuruh Yang kedua kepada istri saya.
Nenek Jadi kau selalu berdusta kepada istrimu sendiri?
Pesuruh Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah lebih tiga kali sehari.
Nenek Kenapa kau lakukan itu?
Pesuruh Karena saya percaya istri sayapun melakukan hal yang sama.
Nenek Mengenai hal apa saja kau berbohong?
Pesuruh hampir segala hal dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Nenek Yang paling ringan misalnya?
Pesuruh Pura-pura sakit.
Nenek Yang paling berat?
Pesuruh Soal sembahyang.
Nenek Tentang perempuan?
Pesuruh Itu taraf tengah-tengah, nyonya.
Nenek Bagaimana?
Pesuruh Ya, tuan besar.
Kakek Siapa yang menyuruh…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Kakek Siapa yang menyuru…..
Nenek Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh Ya, nyonya besar.
Nenek Sejak tadi pagi sudah berapa kali kau berbohong?
Pesuruh Belum sekalipun nyonya.
Nenek Akui saja toh tidak akan mengurangi penghasilanmu.
Pesuruh Terus terang sudah dua kali, nyonya.
Nenek Nah, begitu lebih jantan. Apa saja?
Pesuruh Pertama kepada istri saya.
Nenek Itu tidak perlu, yang kedua?
Pesuruh Yang kedua kepada istri saya.
Nenek Jadi kau selalu berdusta kepada istrimu sendiri?
Pesuruh Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah lebih tiga kali sehari.
Nenek Kenapa kau lakukan itu?
Pesuruh Karena saya percaya istri sayapun melakukan hal yang sama.
Nenek Mengenai hal apa saja kau berbohong?
Pesuruh hampir segala hal dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Nenek Yang paling ringan misalnya?
Pesuruh Pura-pura sakit.
Nenek Yang paling berat?
Pesuruh Soal sembahyang.
Nenek Tentang perempuan?
Pesuruh Itu taraf tengah-tengah, nyonya.
Nenek Bagaimana?
Pesuruh Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat sangat amat
pribadi, nyonya dan kurang sopan.
Nenek Kau memang jago silat. Baik. Sekarang kau akui saja siapa
yang menyuruh kau menyiapkan tiga gelas e susu begitu tamu tadi datang?
Pesuruh Saya sendiri
nyonya.
Nenek Kenapa justru es susu?
Nenek Kenapa justru es susu?
Pesuruh Saya tidak tahu. Saya asal saja.
Nyonya, seperti halnya untuk tamu sebelumnya saya buatkan es sirop dan nyonya
diam saja.
S u n y i .
S u n y i .
Pesuruh Ada yang
perlu saya kerjakan lagi, nyonya besar?
Nenek Pergi !
Nenek Pergi !
Joni exit.
TIGA BELAS
S u n y i .
Nenek Berkomplot.
Kakek Tidak baik mengada-ada.
Nenek Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus dalam kakus.
Kakek Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis bunga lainnya, juga……
Nenek tiba-tiba menangis sangat kerasnya.
Kakek Tidak baik mengada-ada.
Nenek Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus dalam kakus.
Kakek Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis bunga lainnya, juga……
Nenek tiba-tiba menangis sangat kerasnya.
Kakek Diamlah,
sayang. Kalau kau diam saya akan menyanyi lagi. Diamlah. Saya akan menyanyi dua
buah lagu sekaligus. Sayang diamlah. Lagi jangan terlalu keras kau menangis
nanti kau batuk kalau batuk tenggorokan bisa luka dan suara bisa serak.
Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka datang. Sayang. Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang bunting, sementara seekor kera sakit enfluensa.
Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka datang. Sayang. Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang bunting, sementara seekor kera sakit enfluensa.
Nenek Biarpun
kau dukung saya dari sini ke kamar saya tidak akan diam.
Kakek Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa tapi kau mau diam.
Nenek Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan menangis lebih keras lagi.
Kakek Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa tapi kau mau diam.
Nenek Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan menangis lebih keras lagi.
Kakek Tuhanku,kepala
saya Cuma satu dan puyeng. Kalau saja saya punya tiga kepala barangkali saya
tahu apa yang harus saya perbuat agar kau diam. Tapi kepala saya Cuma stud an
tangis kau memenuhi kepala saya dengan sejuta lalat hijau. Tuhan-ku.
Nenek Saya
akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap menangis.
Kakek Katakan bidadariku apa yang……..
Nenek Saya bukan bidadari.
Kakek Katakan malaikat ku.
Nenek Saya bukan malaikat!
Kakek Katakan dewiku………..
Nenek Saya bukan dewi.
Kakek Terserah siapa kau tapi katakana………..
Nenek Saya istrimu!
Kakek Ya, katakan istriku apa yang……..
Nenek Saya bukan istrimu!
Kakek Tuhan-ku.
Kakek Katakan bidadariku apa yang……..
Nenek Saya bukan bidadari.
Kakek Katakan malaikat ku.
Nenek Saya bukan malaikat!
Kakek Katakan dewiku………..
Nenek Saya bukan dewi.
Kakek Terserah siapa kau tapi katakana………..
Nenek Saya istrimu!
Kakek Ya, katakan istriku apa yang……..
Nenek Saya bukan istrimu!
Kakek Tuhan-ku.
Nenek Kau kejam. Kau bagaikan patung perunggu dengan hati
terbuat dari timah. Kau tidak punya perasaan. Kau nodai percintaan kita dengan
perempuan berhati kaktus. Hatimu ular cobra. Kejam! Kejam! Tuhan, masukkan dia
ke dalam neraka sampai kukunya hangus.
Kakek (Menangis)
Doamu jahat.
Nenek Biar
Kakek Kau ingin saya masuk neraka?
Nenek Bukan. Kerak neraka. Neraka paling neraka.
Kakek Kau kejam dank au sendiri?
Nenek Ke sorga.
Kakek Kau egoistis.
Nenek Biar.
Kakek Kenapa kita tidak sama-sama satu tempat?
Nenek Tidak sudi.
Kakek Kau rupanya ingin kita pisah.
Nenek Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak mengerti.
Nenek …..Saya ingin kita cerai.
Kakek Cerai?
Nenek Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan. Kita cerai.
Kakek Sayang, kau harus panjang berfikir untuk sampai ke sana.
Nenek Kalau saya panjang fakir saya takut kita nanti tidak jadi cerai.
Kakek Tapi kau harus berfikir…..
Nenek Biar
Kakek Kau ingin saya masuk neraka?
Nenek Bukan. Kerak neraka. Neraka paling neraka.
Kakek Kau kejam dank au sendiri?
Nenek Ke sorga.
Kakek Kau egoistis.
Nenek Biar.
Kakek Kenapa kita tidak sama-sama satu tempat?
Nenek Tidak sudi.
Kakek Kau rupanya ingin kita pisah.
Nenek Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak mengerti.
Nenek …..Saya ingin kita cerai.
Kakek Cerai?
Nenek Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan. Kita cerai.
Kakek Sayang, kau harus panjang berfikir untuk sampai ke sana.
Nenek Kalau saya panjang fakir saya takut kita nanti tidak jadi cerai.
Kakek Tapi kau harus berfikir…..
Nenek Dalam soal perceraian tidak perlu fikiran tapi perasaan
seperti halnya soal percintaan. Pokoknya kita harus cerai.
Hari ini juga kita harus selesaikan surat-suratnya.
Hari ini juga kita harus selesaikan surat-suratnya.
Kakek Sekarang sudah terlalu siang dan saya
kira kantor-kantor………
Nenek Kalau kantor-kantor tutup besokpun jadi, tapi mulai malam
ini saya tidak sudi tidur satu kamar bersama kau.
Kau boleh tidur di kamar baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap-rayapnya.
Kau boleh tidur di kamar baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap-rayapnya.
Suara Nita B u s t a m i
Suara Joni Ya, nyonya!
Kakek Kau dengar? Nita sudah datang.
Suara Joni Ya, nyonya!
Kakek Kau dengar? Nita sudah datang.
Joni lewat.
Kakek Sayang diamlah.
Nenek Saya tidak mau diam.
Kakek Nita datang.
Nenek Tidak perduli.
Nenek Saya tidak mau diam.
Kakek Nita datang.
Nenek Tidak perduli.
Joni lewat membawa banyak bungkusan belanja,
begitu muncul Nita begitu Nenek lari ke dalam.
EMPAT BELAS
Kakek (Mengejar) Sayang.
Nita Ada apa lagi, pak?
Kakek Kaktus dalam kakus (Exit)
Nita Bustam.
Joni Ya, Nyonya.
Nita Ibu dan bapak bertengkar?
Joni Tidak tahu, nyonya, tapi saya dengar mereka tangis tangisan.
LIMA BELAS
Kakek (Mengejar) Sayang.
Nita Ada apa lagi, pak?
Kakek Kaktus dalam kakus (Exit)
Nita Bustam.
Joni Ya, Nyonya.
Nita Ibu dan bapak bertengkar?
Joni Tidak tahu, nyonya, tapi saya dengar mereka tangis tangisan.
LIMA BELAS
Ketika Nita dan kemudian Joni exit, muncul Sopir
Arba membawa beberapa koper dan tas meletakkan di sana, tidak lama kemudian
muncul Novia dengan anak-anaknya, Meli dan Feri.
Arba Di sini,
nyonya?
Novia Ya, letakkan saja di sini dulu.
Arba Yang lainnya, nya?
Novia Biarkan saja di mobil, kau tunggulah disana.
Meli Papa nanti ke sini, Mam?
Novia Ya, sayang (berseru) Pak Arba!
Arba Ya, nyonya?
Novia Tidak, nanti saja.
Arba Baik, nyonya (exit)
Feri Mana bude Ita, Mam?
Novia Sebentar, sayang.
Feri Feri ingin lihat ikan, Mam?
Novia Sebentar, sayang, sebentar.
Meli Meli juga, Mam.
Novia Ya, letakkan saja di sini dulu.
Arba Yang lainnya, nya?
Novia Biarkan saja di mobil, kau tunggulah disana.
Meli Papa nanti ke sini, Mam?
Novia Ya, sayang (berseru) Pak Arba!
Arba Ya, nyonya?
Novia Tidak, nanti saja.
Arba Baik, nyonya (exit)
Feri Mana bude Ita, Mam?
Novia Sebentar, sayang.
Feri Feri ingin lihat ikan, Mam?
Novia Sebentar, sayang, sebentar.
Meli Meli juga, Mam.
Novia Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan dengan janji
tidak main-main air. Nanti ikannya sakit. Kalau ikannya sakit nanti Kakek dan Nenek menangis.
Feri Nenek juga suka menangis, Mam?
ENAM BELAS
ENAM BELAS
Muncul Nita dan terkejut.
Nita (Setelah memainkan Meli dan Feri) Ada
apa lagi Novia?
Novia Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?
Nita Bustam!
Joni Ya, nyonya.
Novia Memet!
Nita Ya, nyonya.
Novia Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?
Nita Bustam!
Joni Ya, nyonya.
Novia Memet!
Nita Ya, nyonya.
Novia Bawa masuk Meli dan Feri (pada anak-anaknya) Siapa yang
mau lihat ikan?
Meli dan Feri mengacungkan tangannya: Saya Mam.
Meli dan Feri mengacungkan tangannya: Saya Mam.
Novia Ikutlah
sama Mang Memet.
Joni Ayo lita nonton ikan.
Joni Ayo lita nonton ikan.
Joni dan Meli dan Feri masuk ke dalam.
TUJUH BELAS
Nita Lagu lama?
Novia Tapi kali ini saya kira yang terakhir.
Nita Dulu kau juga bilang begitu.
Novia Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang bagaimana
sakitnya perasaan saya melihat tingkah Vita terhadap pasiennya yang pura-pura
sakit itu.
Nita Siapa
lagi?
Novia Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.
Nita Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat kepada suamimu?
Novia Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.
DELAPAN BELAS
Kakek Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal ibumu……
Novia Pak…..
Kakek Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia Anak-anak.
Kakek Mana mereka?
Novia Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Novia Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.
Nita Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat kepada suamimu?
Novia Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.
DELAPAN BELAS
Kakek Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal ibumu……
Novia Pak…..
Kakek Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia Anak-anak.
Kakek Mana mereka?
Novia Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Kakek (Setelah
berfikir) Kebetulan kau datang. Begini. Tidak salah kalau kau juga sebagai anak
tahu. Ini persoalan juga sangat runcing dan bisa mengakibatkan kesedihan
berlarut-larut.
Novia Soal apa
pak?
Nita Ibu Purik. Ibu marah.
Novia Kenapa?
Nita Ibu Purik. Ibu marah.
Novia Kenapa?
Kakek Itulah
dengarkan saya (berfikir). Begini.
Soalnya sepele dan tidak bermutu. Ibumu tidak suka tanaman kaktus. Saya suka
tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman kaktus dalam kakus. Ibumu marah-marah.
Novia Bapak tidak
mau mengalah?
Kakek Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah malah.
Novia Buang saja kaktus itu.
Nita Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan minta cerai.
Novia Minta cerai?
Kakek Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga diselesaikan surat-suratnya.
Novia Ibu?
Nita Ya, seperti kau sekarang.
Kakek Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai? Dari siapa?
Nita Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah malah.
Novia Buang saja kaktus itu.
Nita Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan minta cerai.
Novia Minta cerai?
Kakek Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga diselesaikan surat-suratnya.
Novia Ibu?
Nita Ya, seperti kau sekarang.
Kakek Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai? Dari siapa?
Nita Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek Kau
dan ibumu memang satu jiwa. Alasan apa yang mendorong kau meminta kesedihan
serupa itu? Kebodohan macam apa yang mengotori otakmu? Cerai! Seakan dengan
mendapatkan kata itu kau dapat mengecap hidup inilebih nikmat? Novia, kau
jangan seperti gadis ingusan. Kamu kira rumah tangga itu rumah-rumahan dari
kotak geretan yang dengan mudah dapat kau bongkar-bongkar dank au susun-susun? Novia,
kau sudah waktunya menginsafi bahwa rumah tangga adalah rumah suci yang lain,
seperti masjid, gereja dan kelenteng. Dan rumah suci adalah tempat dimana
firman-firman Tuhan yang agung dan suci dimulyakan, rumah suci adalah tempat
dimana cinta kasih ditumbuh-kembangkan menjadi gairah hidup, untuk meraih maka
hidup yang samara dalam semesta ini.
Tuhanku…
Novia, alasan picisan apa yang menjadikan kau begitu gairah mendapatkan surat talak? Jangan main-main. Ini bukan lagi semata persolan kau, juga bukan persoalan suamimu semata, tetapi persoalan anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)
Tuhanku…
Novia, alasan picisan apa yang menjadikan kau begitu gairah mendapatkan surat talak? Jangan main-main. Ini bukan lagi semata persolan kau, juga bukan persoalan suamimu semata, tetapi persoalan anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)
Meli, Feri…. Ini
sudah menjadi persolan Negara, persoalan dunia, saya tidak boelh membiarkan
rumahmu terbakar hanya disebabkan api mainan yang diminyaki cemburu buta. Saya
harus beritahu segera ibumu. (Exit)
SEMBILAN BELAS
Nita Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan
baik-baik betapa jernih mata anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.
Novia Tapi kau juga bisa menimbang betapa sakitnya hati
saya. Coba saja, icih. Si sundal itu hampir setiap hari ia berobat ke rumah.
Nita Tiap
hari?
Novia Tidak. Maksud saya hampir seminggu sekali.
Nita Seminggu sekali?
Novia Tidak. Maksud saya hampir seminggu sekali.
Nita Seminggu sekali?
Novia Katakanlah sebulan sekali tapi sekalipun begitu
tingkahnya yang kekanak-kanakan cukup membakar seluruh amarah saya.
Nita
Bagaimana kau tahu? Apa kau ikut memeriksa penyakitnya?
Novia Saya terpaksa jadi polisi kalau tahu perempuan itu mau
berobat. Sengaja saya masuk dalam kamar praktek. Pura-pura mencari sesuatu.
Nita Kau juga
dengan apa yang dipercakapkan Icih dengan suamimu?
Novia Dengar.
Nita Apa?
Novia Seperti dokter dan pasien.
Nita Lalu apa yang kau cemburukan?
Novia (Setelah diam) Kalau periksa dalam.
Novia Dengar.
Nita Apa?
Novia Seperti dokter dan pasien.
Nita Lalu apa yang kau cemburukan?
Novia (Setelah diam) Kalau periksa dalam.
Nita Kenapa kau tidak ikut ke dalam dan menyaksikan Vita
memeriksa tubuh perempuan itu.
Novia Gila.
Nita Lalu kau di luar saja.
Novia Tentu saja.
Nita Itulah kesalahanmu.
Novia Lalu apa saya perlu juga membuka kancing roknya? Gila!
Nita Daripada kau di luar dan membayang-bayangkan yang tidak-tidak?
Novia Saya tidak membayang-bayangkan tapi memastikan.
Nita Tapi nanti dulu. Coba jelaskan. Jujur. Icih sudah bersuami?
Nita Lalu kau di luar saja.
Novia Tentu saja.
Nita Itulah kesalahanmu.
Novia Lalu apa saya perlu juga membuka kancing roknya? Gila!
Nita Daripada kau di luar dan membayang-bayangkan yang tidak-tidak?
Novia Saya tidak membayang-bayangkan tapi memastikan.
Nita Tapi nanti dulu. Coba jelaskan. Jujur. Icih sudah bersuami?
Novia Ini bukan masalah bersuami atau belum tapi masalah
watak. Sekalipun perempuan jalang itu sudah mati saya yakin rohnya masih banal.
Nita Betul-betul kau diliputi kemarahan saja. Cobalah
berfikir dengan tenang. Sebegitu banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi tidak
sepatahpun kata yang dapat menjelaskan kenapa kau minta cerai dari suamimu.
Kalau kau mau jujr sebenarnya kau hanya digerakkan oleh prasngka-praangkamu
sendiri saja. Coba. Kalau kau bisa cemburu oleh Icih kenapa oleh puluhan
perempuan-perempuan lain atau bahkan gadis-gadis yang juga berobat kepada
suamimu?
Novia Apa kau kira semua perempuan banal seperti sundal itu?
Kalau ternyata memang demikian sayapun pasti cemburu sebesar-besarnya terhadap
semua perempuan. Tapi saya kira kaupun yakin tidak semua perempuan punya leher
selenggang-lenggok leher Icih yang suka membelit leher suami orang lain.
DUA PULUH
Muncul
Nenek dan Kakek .
Nenek (Menubruk Novia
sambil menangis) Novia, sayang, kau jangan suka membaca roman-roman
picisan. Kau bisa bayangkan sendiri apa jadinya isi kepalamu dengan roman-roman
seperti itu. Dengan membaca cerita-cerita cengeng seperti itu kau sama dengan
mengisi usus besarmu dengan minuman keras. Sekali-kali tentu kau boleh, tapi
kalau setiap hari kau minum arak sama dengan memperpendek usiamu sendiri.
Nenek ………….Novia, ibu
yakin kau telah terpengaruh roman-roman sampah itu sehingga hidup bagimu tak
ubahnya seperti mainan peranan belaka. Bacalah Romeo Juliet. Bacalah tentang
kesetiaan cinta, dan singkirkan bacaan yang mengajarkan kebencian dan
perceraian. Kau kira perceraian itu jalan cuci?
Kakek Kau
kira kau akan menjadi betina yang jantan kalau kau berhasil bercerai dengan
suamimu?
Nenek Jangan kau sangka perasaanmu dan kecemburuanmu akan
menuntun hidupmu kea rah kebahagiaan.
Nita Juga
jangan lupakan Meli dan Feri.
Kakek Hanya
karena soal cemburu, soal-soal roman picisan rumah tangga kau bongkar? Kenapa
tidak kandang ayam saja yang kau bongkar yang sudah jelas sudah tapuh itu?
Nenek Novia, sayang, tidak satupun kebaikan yang terselip
dalam niatmu untuk bercerai dari suamimu. Lagi tidakkah kau dapat membayangkan
kembali kebaikan-kebaikan suamimu seperti katamu dulu, ketika kau mendesak ibu
agar menerima lamaran? (Novia akan bicara) tidak perlu kau bicara apa-apa.
Kakek Ya, tidak perlu sebab, kata-kata seru saja
yang kau punya sekarang.
Nenek Kau dalam keadaan marah. Dalam keadaan marah lebih baik
orang diam, dan lebih baiklagi kalau kau mau mendengarkan sayan orang lain.
Kakek Ya,
saya kira begitu. Ibumu sebenarnya juga sedang marah tetapi tak sepatahpun kata
kata yang diucapkan.
Nenek Ban
ini, kopor-kopor iniapa perlu artinya? Main-main kau sudah keterlaluan.
Novia Saya tidak main-main, bu, saya sungguh-sungguh.
Novia Saya tidak main-main, bu, saya sungguh-sungguh.
Nenek Lebih jelek lagi (menangis
lagi) Tuhanku, apa jadinya nanti kalau kau jadi berpisah dengan Vita yang
dulu kau agung-agungkan? Apa jadinya hidupmu?
Nita Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri akan
kehausan cinta sebab mereka tidak akan lengkap menerima keutuhan cinta.
Nenek Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan kegelapan yang
dibenihkan setan cemburu.
Kakek Apa kira surat talak itu cek?
Nenek Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih Mu. Novia,
tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?
Kakek Ayah dan ibumu
berumah tangga selama setengah abad, tanpa sedikitpun membiarkan setan talak
bertelur dalam kamar tidurnya, bahkan tidak dalam dapurnya.
Nenek Kami
bagaikan Adam dan Hawa.
Kakek Apa kau pernah
mendengar Hawa minta talak kepada Adam? Berkacalah kepada ibu dan Ayahmu.
Kamilah pasangan abadi dunia dan akhirat.
Nenek Kami
bagaikan Sam Pek dan Eng Tay.
Kakek Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek Kau
sendiri tahu betapa setianya Layonsari sampai-sampai ia bunuh diri demi
cintanya kepada Jayaprana.
Nenek Bacalah
semua itu, sayang. SEmua itu pusaka Nenek moyang kita yang manjur.
Kakek Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan tenang.
Kakek Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan tenang.
Nita Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu
bahagia dengan Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu mau
memuaskan kebahagiaan itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam-diam saya sebagai
kakakmu selalu merasa iri karena saya dan suami saya tidak pernah diberkahi
anak?
Nenek Belum.
Nita.
Kakek Kau tidak boleh berkata begitu.
Novia Tapi bu.
Nenek Tidak, jangan bicara.
Kakek Sekarang kau tidak akan bicara kecualimarah-marah.
Nenek Marah-marah hanya menghasilkan kerut muka.
Kakek Ibumu juga tidak suka marah.
Kakek Kau tidak boleh berkata begitu.
Novia Tapi bu.
Nenek Tidak, jangan bicara.
Kakek Sekarang kau tidak akan bicara kecualimarah-marah.
Nenek Marah-marah hanya menghasilkan kerut muka.
Kakek Ibumu juga tidak suka marah.
Nenek Sekali-kali tentu saja boleh sekedar olah raga urat muka,
tapi kalau terlalu sering bisa membuatpenyakit.
Nita Dan anak-anakmu, Novia, anak-anakmu? Akan kau
biarkan mereka kehausan cinta hanya demi kepuaan amarahmu? Egoistis?
Novia Saya tidak akan bicara apa-apa, saya hanya akan
menjelakan panjang lebar. Duduk perkaranya.
Nenek Bicaralah.
Kakek Apa persoalannya.
Nita Sudahlah, kita semua sudah mengerti.
Nenek Biarlah dia jelaskan semua, Nita.
Kakek Bagaimana kita bisa mengerti tanpa lebih dulu mendengar penjelasannya?
Novia Vita mau kawin lagi.
Nita Apa kau bilang?
Kakek Dia bilang apa?
Kakek Apa persoalannya.
Nita Sudahlah, kita semua sudah mengerti.
Nenek Biarlah dia jelaskan semua, Nita.
Kakek Bagaimana kita bisa mengerti tanpa lebih dulu mendengar penjelasannya?
Novia Vita mau kawin lagi.
Nita Apa kau bilang?
Kakek Dia bilang apa?
Nenek Apa kau yakin itu kalimatmu? Saya yakin kalimat itu kau
pungut dari salah satu buku picisanmu (berseru)
Joni! (tak ada sahutan)
Nita Bustam !
Novia Memet !
Kakek Joni!
Joni Ya, tuan besar.
Nita Air dingin, Bustam!
Novia Cepat, Met!
Joni Sebentar, nyonya.
Nita Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau teruskan ibu bisa pingsan.
Novia Maksud saya, maksud saya, Vita serong.
Nenek Dari halaman berapa kau pungut kalimat itu? (berseru) Joni!
Novia Met !
Kakek Joni !
Nita Bus !
Novia Memet !
Kakek Joni!
Joni Ya, tuan besar.
Nita Air dingin, Bustam!
Novia Cepat, Met!
Joni Sebentar, nyonya.
Nita Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau teruskan ibu bisa pingsan.
Novia Maksud saya, maksud saya, Vita serong.
Nenek Dari halaman berapa kau pungut kalimat itu? (berseru) Joni!
Novia Met !
Kakek Joni !
Nita Bus !
Joni tergesa membawa empat gelas air dingin,
mereka berempat sama-sama minum
Nita Ganti
kalimatmu, Novia.
Kakek Ya, kalau kau tidak ingin perut kamu kembung oleh air dingin.
Nenek Cari halaman lain yang lebih lembut kata-katanya.
Novia Ibu, saya cemburu.
Nenek Nah, itu baik. Cemburu itu suci. Hanya dengan modal itu kaumampu bercinta.
Novia Tapi vita keterlaluan.
Kakek Barangkali cemburu kau yang keterlaluan.
Nita Novia, cemburu pada salah seorang pasien Vita.
Kakek Ya, kalau kau tidak ingin perut kamu kembung oleh air dingin.
Nenek Cari halaman lain yang lebih lembut kata-katanya.
Novia Ibu, saya cemburu.
Nenek Nah, itu baik. Cemburu itu suci. Hanya dengan modal itu kaumampu bercinta.
Novia Tapi vita keterlaluan.
Kakek Barangkali cemburu kau yang keterlaluan.
Nita Novia, cemburu pada salah seorang pasien Vita.
Nenek Novia, rupanya kau beluim menyadari bahwa usapan tangan
seorang dokter lembut dan suci seperti lembut usapan orang-orang suci atau
bahkan nabi. Dokter-dokter bekerja atas tugas suci. Merekalah yang paling nyata
mengamalkan firman-firman Tuhan. Kalau kau mau mengerti para dokterlah yang
paling banyak tahu tentang penderitaan manusia sepanjang sejarahnya. Merekalah
yang berjuang dengan nyata agar kita bisa mengecap hidup ini bertambah baik.
Kakek Merekalah
menghibur kita, menyembuhkan kita dari segala macam luka yang ditatahkan sang
kala.
Nenek Saya jadi
terharu.
Kakek Kasihan Vita.
Nenek Anak sebaik itu dicurigai.
Kakek Seperti nabi-nabi yang diludahi oleh umatnya sendiri.
Nenek Kau kejam, Novia Abujahal kau.
Kakek Judas kau.
Kakek Kasihan Vita.
Nenek Anak sebaik itu dicurigai.
Kakek Seperti nabi-nabi yang diludahi oleh umatnya sendiri.
Nenek Kau kejam, Novia Abujahal kau.
Kakek Judas kau.
Dengan pucat dan tergesa Joni muncul.
Nita Ada apa,
Bus?
Nenek Ada apa, Joni?
Novia Ada apa, Met?
Joni Meli, nya.
Keempatnya Meli?
Joni Feri.
Keempatnya Feri?
Joni Meli dan Feri ?
Keempatnya Meli dan Feri?
Joni Ya, nya.
Keempatnya Kenapa?
Joni Hilang.
Keempatnya Apa?
Joni Hilang.
Keempatnya Diculik ?
Joni Hilang.
Novia Kau gila.
Nita Kau taruh dimana mereka?
Kakek Beberapa kali saya bilang, hati-hati.
Nenek Dunia penuh culik.
Nita Kenapa kau bengong begitu?
Keempatnya Cari.
Nita Tidak telpon dulu.
Kakek Polisi.
Nenek Ada apa, Joni?
Novia Ada apa, Met?
Joni Meli, nya.
Keempatnya Meli?
Joni Feri.
Keempatnya Feri?
Joni Meli dan Feri ?
Keempatnya Meli dan Feri?
Joni Ya, nya.
Keempatnya Kenapa?
Joni Hilang.
Keempatnya Apa?
Joni Hilang.
Keempatnya Diculik ?
Joni Hilang.
Novia Kau gila.
Nita Kau taruh dimana mereka?
Kakek Beberapa kali saya bilang, hati-hati.
Nenek Dunia penuh culik.
Nita Kenapa kau bengong begitu?
Keempatnya Cari.
Nita Tidak telpon dulu.
Kakek Polisi.
Kemudian mereka berimprovisasi, mereka
betul-betul cemas, takut dan lain-lain.
Nita Meli !
Feri ! Di mana.
Kakek Cucuku.
Nenek Cucuku.
Novia Met !
Joni Ya, nya.
Novia Panggil Arba.
Arba Saya di sini, nya.
Novia Kenapa kau diam saja?
Arba Saya di sini, nya.
Novia Meli dan Feri hilang.
Arba Mereka diculik, nya.
Novia Diculik?
Kakek Cucuku.
Nenek Cucuku.
Novia Met !
Joni Ya, nya.
Novia Panggil Arba.
Arba Saya di sini, nya.
Novia Kenapa kau diam saja?
Arba Saya di sini, nya.
Novia Meli dan Feri hilang.
Arba Mereka diculik, nya.
Novia Diculik?
Arba Papanya sendiri yang menculik, kira-kira seperempat jam
yang lalu tuan dokter tadi menemui saya dan diam-diam mengajak Meli dan Feri
pulang.
Novia Gila kamu.
Kakek dan Nenek dan Nita muncul.
Nenek Di mana
mereka?
Kakek Sudah ada telpon dari Polisi?
Kakek Sudah ada telpon dari Polisi?
Nita Tukang rokok seberang jalan Cuma bilang bahwa seorang
laki-laki telah membawa lari Meli dan Feri dalam sebuah mobil.
Nenek dan Kakek : Apa?
Nenek (minum) Telpon polisi lagi.
Nenek (minum) Telpon polisi lagi.
Telpon berdering.
Kakek Pasti dari Polisi.
Nenek Cucuku yang malang…. Oh saya sedang membayangkan mereka
menangis karena penculik itu mengeluarkan pisau cukur.
Nita (menyerahkan pesawat telpon) untuk
mamanya Meli.
Kakek Dari Polisi?
Nita Dari Meli.
Kakek Berapapun bayar saja permintaannya.
Nenek Saya yakin pisau cukur itu menyentuh lehernya yang halus.
Nita Meli dan Feri sudah di rumahnya ekarang. Mereka diculik oleh papanya sendiri.
Nenek Dongeng apa ini?
Kakek Dari Polisi?
Nita Dari Meli.
Kakek Berapapun bayar saja permintaannya.
Nenek Saya yakin pisau cukur itu menyentuh lehernya yang halus.
Nita Meli dan Feri sudah di rumahnya ekarang. Mereka diculik oleh papanya sendiri.
Nenek Dongeng apa ini?
Kakek Keterlaluan!
Keterlaluan! Saya tidak bisa memaafkan permainan kasar seperti ini ini.
Nenek Kenapa berang begitu? Seharusnya kita bersyukur bahwa
ini semua Cuma main-main.
Kakek Justru lantaran main-main saya jadi
berang.
Nenek Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-sungguh? Apa
memang kau berharap agar Meli dan Feri diculik?
Kakek Bukan begitu
maksud saya, tapi permainan ini bukan untuk orang-orang tua macam kita. Ini
permainan pemuda dan bukan untuk orang-orang yang rapuh jantungnya.
Setelah Novia telpon, Nita mendekati dan keduanya bercakap tampak Nita membujuk Novia.
Setelah Novia telpon, Nita mendekati dan keduanya bercakap tampak Nita membujuk Novia.
Kakek Betapapun akan
saya marahi Vita. Akan saya katakana bahwa sebagai dokter dia kurang
mempertimbangkan kemungkinan effek psikologis dari permainannya. Apa dia tahu
bahwa setiap kali saya harus mengatur peredaran darah saya sedemikian rupa di
depan aquarium sambil mendengarkan lagu-lagu yang paling lembut agar kesehatan
saya terpelihara? Dengan permainan baru saja, sama dengan dia meledakkan granat
di atas batok kepala saya. Apa dia fakir dia mampu mengobati kalau saya sakit
keras? Barang kali dia lupa bahwa dia dokter muda. Dokter muda jelas baru tahu
tentang ilmu kedokteran seninya. Untuk ia, ia perlu bergaul dengan alam. Banyak
tingkah. Coba……
Novia Pak, Ibu,
saya permisi pulang.
Kakek Tanpa minta maaf?
Kakek Tanpa minta maaf?
Pulanglah
dan bilanglah pada suamimu besok dia harus menghadap kemari.
Novia Pulang
dulu, bu.
Nenek Jangan lupa semua nasehat ibu.
Novia Ya, bu.
Joni Polisi, Nyonya.
Nita Sebentar, saya ke muka.
Nenek Jangan lupa semua nasehat ibu.
Novia Ya, bu.
Joni Polisi, Nyonya.
Nita Sebentar, saya ke muka.
TAMAT