OZONE
Karya
ARIFIN C. NOER
BABAK SATU
Semuanya, segala
sesuatunya berwarna hijau. Semuanya, segala sesuatunya diam. Beberapa saat tak
ada gerak tak ada suara. Baru kemudian secara lembut, seperti merayap menembus,
menyayup musik atau bunyi-bunyian yang fantastis sekali. Suatu jenis music yang
berlum pernah ada; bahkan tidak akan pernah ada di bumi. Dan ketika music dan
bunyi-bunyian ini melenyap.
Semuanya, segala
sesuatunya menjelma warna lain. Dan ketika semuanya, segala sesuatunya kembali
berwarna hijau.
BOROK
Sampai
di mana kita?
(Waska yang
purba itu kelihatan sedang menahan amarah purbanya. Wujudnya sudah seperti Mummi,
penuh keriput. Juga Borok dan Ranggon)g
BOROK
Modar!
Sampai di mana kita?
(Ranggong sedang
kena pesona. Ia berdiri depan jendela pesawat, memandang keluar. Alam semesta,
alam raya, begitu rapih kesatuannya)
BOROK
Otakku
tidak perbah bisa bekerja. Modar! Sampai di mana kita? Ranggong!
RANGGONG (Mengeja, khidmat)
A….B….C….De….A…B….
BOROK
Tidak
ada petunjuk sama sekali. Tidak ada dalam peta . modar! Bahkan kita tidak
pernah memimpikannya apalagi memerkirakannya. Tidak dalam astronomi. Tidak
dalam mimpi.
RANGGONG
Satu….
Dua…. Tiga…. Satu…. Dua….
(Waska
mengejang-ejang dalam menahan amarahnya)
BOROK
Hari
apa ini? Jam berapa ini? Modar! Kita tidak lagi punya siang. Kita tidak lagi
punya malam. Saya tidak tahan. Lebih baik kita kembali ke bumi. Saya tidak bisa
punya kepastian.
Ketika
Borok akan memrogram pesawat itu untuk kembali ke bumi, segera Ranggong
menghalanginya
RANGGONG
Kita
tidak akan pernah kembali. Kita tidak akan pernah menghentikan perjalanan ini
BOROK
Kita
istirahat sebentar. Saya tidak tahan. Jumlah pertanyaan tidak akan tertampung
oleh otak yang macet ini.
RANGGONG
Borok.
Kita tidak akan pernah berpisah, bukan? Kita sudah saling sumpah.
BOROK
Petualangan
Waska kali ini sangat menyiksa. Otak saya dipaksa bekerja. Saya tidak suka.
Saya tidak suka. Saya hanya ingin mati.
RANGGONG
Saya
juga. Waska juga. Kita bertiga ingin mati.
BOROK
Tapi
kita tidak pernah mati juga.
RANGGONG
Kita
sedang menuju ke sana. Ke mimpi kita. Ke mati.
BOROK
Indah
sekali
RANGGONG
Ya,
indah sekali. Sebab itu kita tidak akan pernah kembali.
BOROK
Tapi
perjalanan ini menyiksa saya.
RANGGONG
Perjalanan
ini penuh pesona. Menentramkan. Cobalah kamu perhatikan alam di sekitar kita.
Indah sekali, bintang-bintang berenang bersama planet-planet. Dan kamu tahu apa
yang terjadi barusan saja? Saya merasa seperti sedang dilahirkan kembali dan
memulai lagi hidup ini. Bukan main. Lihat. Seorang bayi yang mulus.
BOROK
Modar!
Betul-betul seorang bayi!
RANGGONG
Bayi
itu indah sekali
BOROK
Ia
melayang-layang diantara bintang-bintang dan planet-planet. Modar! Bayi siapa
dia?
RANGGONG
Itu
kamu Borok! Kamu.
BOROK
Saya?
RANGGONG
Iya
kamu.
BOROK
Kamu
sendiri mana?
RANGGONG
Sebentar
lagi saya akan kelihatan tidak jauh dari bintang itu.
BOROK
Itu
dia.
RANGGONG
Ya.
Ya.
BOROK
Tapi
itu seekor kuda putih. Modar! Bayi itu menunggang kuda!
RANGGONG
Itu
saya.
BOROK
Modar!
Sombong sekali kamu.
RANGGONG
Sekarang
perhatikan lagi. Mahluk itu sedang mendekati bayi kamu.
BOROK
Modar!
Apa itu? Dinosaurus! Modar! Bayi itu menaiki punggung binatang itu. ketawa-ketawa
dia. Modar! Ia melambai-lambaikan tangannya yang kecil kepada kita.
RANGGONG
Balaslah
lambaiannya
Borok
kemudian melambai-lambaikan tangannya. Juga Ranggong.
RANGGONG
Bagaimana
sekarang?
BOROK
Semangat
saya kembali berkibar-kibar. Nafsu saya kembali berkobar-kobar. Saya suka
petualangan ini.
RANGGONG
Iniah
petualangan sejarah Waska!
BOROK
Kita
akan sampai ke ujungnya?
RANGGONG
Kita
akan sampai ke ujung sejarah!
BOROK
Dan
kita akan mati.
RANGGONG
Kita
akan mati.
(Waska tiba-tiba
meraung dahsyat sekali)
WASKA
Gustav!
GUSTAV
Saya
di sini, Waska!
WASKA
Debleng!
DEBLENG
Saya
di sini Waska!
WASKA
Engkos!
Engkos!
ENGKOS
Saya
di sini, Waska!
WASKA
Japar!
JAPAR
Saya
di sini, Waska!
WASKA
Borok!
BOROK
Saya
di sini, Waska!
WASKA
Ranggong!
RANGGONG
Saya
di sini, Waska!
(Waska meraung
dahsyat. Ranggong meraung dahsyat. Borok meraung dahsyat. Semua meraung
dahsyat, sangat dahsyat.Waska kecapekan , Ranggong Kecapekan, Borok melohok,
menyaksikan kawan-kawannya yang lama sedang berjoget tanpa suara)
BOROK
Ramai
sekali mereka
RANGGONG
Karena
mereka sudah mati!
BOROK
Oh,
bahagianya mereka, bahagianya.
(Kawan-kawannya
semakin asyik berjoget. Sesekali terdengar suara dan bunyinya kalau kebetulan
angin least. Sesekal)
BOROK
Mereka
sudah mati
RANGGONG
Labih
satu abad yang lalu, Borok.
BOROK
Labih
satu abad yang lalu, ranggong. Seharusnya kita juga begitu satu abad yang lalu.
RANGGONG
Eh,
lihat. Lihat tuh, siapa tuh?
BOROK
Makdikipe,
si juru kunci kuburan yang mati kita granat dulu. Teller betul dia. Apa di alam
kubur juga ada ganja?
RANGGONG
Anaknya
juga tuh ikut-ikut negibing. Kayaknya bidaranya cantik benar.
BOROK
Emang
mereka sama bidadari?
RANGGONG
Sama
siapa lagi? Emang sama setan? Di alam sono nggak ada setan. Hanya di bumi yang
banyak setan.
BOROK
Lho,
kalau gitu kawan-kawan kita yang cewek ngibing sama siapa?
RANGGONG
Sama
bidadari lelaki tentu. Asyik benar mereka.
BOROK
Aduh.
Aduh.
RANGGONG
Kenapa?
Siapa?
BOROK
Kasihan
betul Bigayah, germo tua itu. ia hanya menangis saja.
RANGGONG
Kasihan.
Cintanya tidak luntur sampai dikubur. Tapi mau apa lagi? Waska belum mati. Kita
belum mati. Tuh lihat wajah waska. Wajah manusia kalau karbitan. Kayak Zombie.
BOROK
Kayak
mummi
RANGGONG
Kita
ini manusia-manusia macet. Karena sombong. Karena Waska sombong. Karena dia tak
mau mati. Karena kita telah merampas oksigen jatuh mahluk lain di zaman lain.
BOROK
Tapi
kita sudah cukup menyesal, bukan?
RANGGONG
Dosa
Waska dan kita boleh jadi terlalu banyak. Dosa kita menyangkut sistem. Karena
itu boleh jadi alam masih menghukum kita.
BOROK
Hukuman
apa yang paling hebat di dunia selain hukuman mati? Saya rela dipancung. Saya
sudi ditembak berkali-kali. Saya mau dicincang-cincang lalu dicampur dengan
adonan semen. Saya mau mati.
RANGGONG
Justru
sebaliknya. Hukuman yang paling berat ternyata adalah menanggung kehidupan dan
hidup lebih dari kemampuan kita. Hukuman hidup!
BOROK
Kita
dihukum hidup! Celakalah kita. Sudah terlalu tua kita. Di otak kita berapa
milyar disket, berapa milyar microfilm, berapa milyar arsip dan kenangan? Kita
ingin istirahat, kan Ranggong!?
RANGGONG
Kita
ingin istirahat tapi kita sedang menjalani hukuman hidup paksa. Oh, jangan
teruskan kesedihan Borok.
(Waska yang
sejak tadi membatu kemudian bernafas dan perlahan, patah-patah seperti reptilia
raksasa, seperti sebuah bukit terjal, bergerak)
WASKA
Cuah!
Cuah! Suara apa ini? Bisingnya bukan main.
(Ranggong memberi
isyarat agar Borok tenang dan kemudian Borok mencoba bersikap tenang.
Masing-masing pada panel dan layar monitor)
RANGGONG
Tidak
ada apa-apa Waska.
WASKA
Cuah!
Bohong! Ini pasti suara tangis. Mengaku, Borok, kamu menangis!
BOROK
Tidak
Waska. Saya tidak pernah menangis
WASKA
Itu
dulu. Sekarang saya dengar kamu sedang menangis. Jelas sekali ini suara
tangismu. Memalukan. Memalukan.
BOROK
Maafkan
saya, Waska.
WASKA
Tidak
usah minta maaf. Saya juga sedang menangis kok. Saya capek.
RANGGONG
Kita
semua capek.
WASKA
Ya,
Ranggong, ya. Karena itu kita menuju matahari, membakar diri, melenyap diri.
Betapa indah menjadi tiada.
RANGGONG
Betapa
indah kembali serta bersama alam raya.
BOROK
Tapi,
saya kira untuk mati tidak perlu kita terlalu sombong dan ambisius. Kenapa kita
harus ke matahari? Terlalu jauh. Lagian siapa tahu kita hanya terbakar saja
selama hidup dan tidak mati-mati. Lebih celaka lagi kita nantinya.
RANGGONG
Kita
tetap harus kreatif, juga dalam memilih cara mati.
WASKA
Ya,
kita harus menciptakan sejarah
BOROK
Eh,
tiba-tiba saya mendengar suaranya? Bukan, bukan suaranya. Nyanyiannya. Ya,
nyanyiannya.
(Ranggong mencoba ikut dengar)
WASKA
Suara
siapa? Nyanyian siapa?
BOROK
Lirih
sekali
RANGGONG
Menyayat
sekali
WASKA
Sialan!
Suara siapa? Nyanyian siapa?
BOROK
Kekasihmu,
Waska. Bi Gayah.
WASKA
Mana
dia? Mana?
RANGGONG
Bersama
orkes. Lihatlah. Dia menyanyi sementara kawan-kawan berjoget
WASKA
Ramai
sekali mereka
RANGGONG
Karena
mereka sudah mati
WASKA
Sepi
sekali kita
BOROK
Karena
kita masih hidup
(kembali dominan bunyi lembut mesin pesawat.
Dan semua terpaku membatu. Dalam warna hijau mereka kembali. Tiba-tiba Waska
melakukan perubahan program dan haluan pesawat)
RANGGONG
Kita
kembali ke bumi, Waska?
WASKA
Kita
tidak akan pernah kembali. Kita akan terus melayang-layang hampa di kehampaan
angkasa sampai kita tiada.
BOROK
Tapi
kamu mengubah haluan
WASKA
Ya,
kita tidak perlu pergi ke Matahari.
BOROK
Lalu
di mana kita akan mencari mati?
WASKA
Di
bulan
BOROK
Ah,
kembali romantis kita.
RANGGONG
Tapi
itu klise. Klise. Tidak orisinil. Kita harus kreatif.
WASKA
Ternyata
cinta juga klise. Dan diam-diam. Saya mencintai mantan pelacur tua itu. ya,
Gayah. I Love You.
BI GAYAH (dari jauh)
I
Love You too, Waska. For ever, Wherever, Whenever.
WASKA
Jemput
dan tunggulah aku di bulan.
BI GAYAH
Cintaku
dan rinduku memenuhi angkasa. Di planet mana saja kau akan kutunggu.
WASKA
Ciumanku
tak pernah lepas, Gayah.
BI GAYAH
Pelukanku
akan membeku dan menjadikan kita satu.
(Waska melambaikan tangan, Bi gayah
melambaikan tangan)
BOROK
Kayak
adegan film remaja
RANGGONG
Lebih
dari lakon Romeo dan Juliet
BOROK
Yang
lelaki, Bandit dan Bandot Tua
RANGGONG
Yang
perempuan Pelacur dan Germo Tua
WASKA
Bulan
dalam jangkauan
BOROK
Ya,
bulan dalam jangkauan
RANGGONG
Jadi,
di sana kita akan mati?
WASKA
Ya,
di sana
BOROK
Bulan.
WASKA
Bulan.
Di sana babak sandiwara ini akan berakhir
RANGGONG
Sedikit
usul. Begitu pesawat kita mendarat kita jangan langsung mati dulu. Kita pesta
dulu.
BOROK
Wah,
asyik betul mati. Tidak sabar saya
WASKA
Begitu
usai pesta nanti, terlebih dulu saya akan memanggil nama itu dan kita.
RANGGONG
Bersama
BOROK
Menanggalkan
WASKA
Helm
kita
RANGGONG
Kita
hisap
BOROK
Dalam-dalam
WASKA
Kematian
Kembali sunyi
lembut pesawat menguasai. Kembali mereka dibalut cahaya kehijauan.
WASKA
Ke
bulan
NYANYIAN
Awan
akan menjadi kawan
Sepanjang
perjalanan
Kalian
tidak akan kesepian
Terbanglah
o ruh
Terbanglah
o ruh
Tuhan
di seberang
Menanti
kalian
Terbanglah
o ruh
Terbanglah
o ruh
Sementara dari
langit, turun beberapa orang Nabi. Dan mereka melayang bergelantungan pada
tali-tali yang ghaib.
Di bumi, suatu
padang savanna Sandek dan Oni sedang menangkap capung atau kupu-kupu alit.
SANDEK
Bunga
rumput dan alang-alang
ONI
Lebih
dari sekedar keindahan. Sandek.
SANDEK
Oni.
Tak pernah cukup rasanya kata-kata dan ungkapan yang ada untuk membungkus cinta
yang menggelora. Bunga rumput dan alang-alang kuharap dapat menyembunyikan
sebagian cinta itu.
ONI
Bunga
rumput dan alang-alang. Lebih dari sekedar keindahan. Kau persembahkan
kehidupan. Harapan. Dan apa lagi yang sedang kau tangkap?
SANDEK
Capung,
Kupu-kupu. Kumbang.
ONI
Lebih
dari sekedar keindahan. Kau tumbuhkan lagi apa-apa yang kemarin musnah.
SANDEK
Oni.
ONI
Sandek.
SANDEK (Menatap langit)
Bapak!
ONI
Mudah-mudahan
bapak selamat.
SANDEK
Ya,
supaya segera kita bisa selamatan
NYANYIAN
Terbanglah
o ruh
Terbanglah
o ruh
NABI
Semar.
(Semar segera
menanggalkan peran Waska. Juga kedua temannya)
SEMAR
Nabi.
RANGGONG/BOROK
Hormat
dan salam kami, Nabi
NABI
Semoga
Tuhan memberkati kita semua
NYANYIAN
Amin.
NABI
Malam
ini tontonan kamu lain sekali. Apa judulnya?
SEMAR
Ozone
atawa Orkes Madun Nomor 4
NABI
Juga
kisah cinta seperti yang sudah-sudah?
SEMAR
Science
Fiction
RANGGONG
Secara
popular seperti lakon-lakon ala Flash Gordon.
BOROK
Atau
seperti film anak-anak Gogle V dan Gaban
NABI
Memang
lakon untuk anak-anak?
SEMAR
Untuk
semua umur. Karena lakon ini akan membicarakan sekitar persoalan umur dan uzur
NABI
Kedengarannya
sangat menarik. Siapa tokoh utamanya?
SEMAR
Tokoh
utama dalam lakon ini, seperti yang sudah-sudah, Waska di manusia hebat perkasa
itu. ceritanya sekarang ia sedang kebingungan justru setelah ia Berjaya
menandingi alam kalau boleh di sebut Tuhan. Dengan ilmu dan teknologinya yang
maha canggih Waska telah berhasil melawan waktu, melawan ajal selain ia Berjaya
secara ekonomis. Di tengah kejayaannya itu sebagai manusia, ia kini
terbengong-bengong tidak tahu lagi mau apa. Tiba-tiba ia kehilangan arah.
Kehilangan tuju. Kehilangan makna, ia merasa sia-sia. Dan cilakanya, ia merasa
dimusuhi alam serta hidup karena ia tidak pernah mati.
NABI
Tidak
pernah mati?
SEMAR
Tidak
pernah mati
RANGGONG
Juga
tangan kanannya, Ranggong
BOROK
Juga
tangan kirinya, BOROK
NABI
Kasihan.
Betapa sengsaranya hidup mereka.
SEMAR
Karena
itulah kenapa sekarang mereka bertiga sedang mengarungi galaksi demi galaksi
mencari mati.
NABI
Mencari
mati
SEMAR
Mencari
mati
NABI
Apakah
belum juga terbit niat Waska untuk membuka-buka kita lama dan kitab suci?
SEMAR
Bagi
Waska, agama sudah seperti Negara. Tidak menarik. Sudah beku, katanya. Ia
membutuhkan sesuatu yang hidup karena ia adalah jiwa yang hidup.
(Seketika kedengaran bunyi sinyal tanda
bahaya)
BOROK
Modar!
RANGGONG
Waska,
kita sedang menuju sebuah Nebula. Pesawat tiba-tiba di luar control.
SEMAR
Permisi
tuanku, saya akan kembali memainkan tokoh Waska itu.
NABI
Mau
kemana kalian?
WASKA
Ke
bulan.
(Sekarang semua
lampu sinyal berkedip-kedip sementara lampu penerangan padam)
RANGGONG
Ada
kekuatan aneh
BOROK
Modar!
Hujan meteor!
WASKA
Kitalah
kekuatan itu! tidak ada yang aneh. Primitive! Kitalah ruh itu. kalau ada ruh
lain kita pertentangkan ruh kita. Jangan gampang panik. Hanya orang-orang bodoh
yang suka panik.
RANGGONG
Arah
pesawat kita tidak menentu. Semua tanda dan system tiba-tiba macet
WASKA
Kita
yang menentukan arah. Kita yang menentukan system. Dan kita telah tentukan arah
kita. Bulan!
(Pesawat itu
berpusing-pusing di tengah hujan meteor. Cahaya sebentar-sebentar berganti
warna sekilat-sekilat dan deru pun bergemuruh bercampur bunyi pesawat)
NABI
Apapun
yang dilakukan mereka tidak cukup kuat untuk menghalangi kita berdoa.
WASKA
Oh,
kotornya angkasa! Rongsokan di mana-mana
BOROK
Modar!
RANGGONG
Sampah
teknologi di mana-mana. Bangkai roket siapa itu? awas! Hampir saja
bangkai-bangkai itu menabrak kita.
NABI
Berdoa!
BOROK
Itu
pasti rongsokan satelit Rusia!
RANGGONG
Bukan.
Satelit Amerika! Kelihatan genit bentuknya!
WASKA
Musa.
Musa.
NABI
Berdoa!
BOROK
Oh,
lihatlah monyet yang melayang-layang itu.
RANGGONG
Dan
anjing itu! dan apa itu!?
BOROK
Betapa
kotornya angkasa. Semua berasal dari bumi kita.
RANGGONG
Belum
tentu. Siapa tahu di keluasan tanpa batas ini misteri bertahta, berlapis-lapis
sama gas-gas berlapis-lapis. Siapa tahu!?
WASKA
Adam.
Adam.
NABI
Berdoa!
WASKA
Oh,
bau apa ini?
RANGGONG
Wanginya.
Wanginya.
BOROK
Modar!
Harumnya!
WASKA
Ilusi!
Ilusi!
RANGGONG
Bukan
ilusi, Waska. Betul-betul wangi.
BOROK
Betul-betul
harum, Waska.
WASKA
Tidak
mungkin!
RANGGONG
Kita
sedang menyebrangi samudera yang tidak mungkin itu. tidak ada lagi yang tidak
mungkin. Tidak ada lagi ilusi. Tidak ada lagi impian. Tidak ada lagi kenyataan.
Semua berbaur sekarang. Yang fana dan yang baka. Yang maya dan yang nyata.
BOROK
Modar!
Harumnya. Kita seperti tersesat dalam hutan melati dan kenanga.
WASKA
gayah, oh kekosonganku
gayah, oh kekosonganku
Gayah,
oh rinduku yang nelangsa
RANGGONG
Itulah
makam itu
BOROK
Itu
sinar! Itu cahaya!
RANGGONG
Itu
makam seorang pahlawan yang menolak tirani, seorang pahlawan yang menolak tahta
manusia sebagai tahta Tuhan. Pahlawan itu seorang Ibu sederhana, Siti Masitoh
namanya
NABI
Beroda!
Keburukan dan kebaikan. Kejahatan dan kebajikan sama memerlukan doa
BOROK
Waska
menangis, Ranggong
RANGGONG
Kamu
menangis, Waska
(Waska segera
bangkit. Berang)
WASKA
Siapa
yang menangis? Saya tidak pernah menangis! Saya tidak pernah menangis! Bahkan
ketika bayi juga saya tidak pernah menangis! Saya tidak pernah menangis karena
seluruh tubuh saya sudah membatu.
(Gemuruh deru
hilang. Cahaya kembali normal)
RANGGONG
Badai
sudah kita lewati dan pesawat ini kembali di bawah control kita.
WASKA
Bulan
BOROK
Bulan
RANGGONG
Indahnya
kematian
NABI
Berdoa
NYANYIAN
Awan
akan jadi kawan
Sepanjang
perjalanan
Kalian
tidak akan kesepian
Terbanglah
oh ruh, Terbanglah oh ruh
Tuhan
di seberang, Menanti kalian
Terbanglah
oh ruh, Terbanglah oh, ruh
(Rombongan
nyanyian tadi selanjutnya bergerak ke suatu ufuk dalam siluet. Sementara
rombongan lain dalam nyanyian lain muncul sambil bergerak ke ufuk yang lain.
Sementara rombongan yang lain lagi dan lain lagi dan lain lagi bersama.
Dalam
transparan. Dalam cahaya kebiruan menjadi warna dasar. Keculai cahaya khas yang
agak kuat pada pesawat itu di mana waska,Ranggong, borok serta robot-robotnya
sedang bersiap melakukan pendaratan di bulan)
RANGGONG
Hei,
kok kamu mengenakan apa itu? kita tidak memerlukan perlindungan apa-apa lagi.
Kita kan keluar dari pesawat ini seperti kita keluar dari bus kota. Segera kita
akan terkulai lemas di kawah itu dan segera tubuh kita akan melayang-layang
hampa. Buang itu helm dan tabung oksigen.
(Dengan senyum
simpul Borok tidak peduli dan terus saja mengenakan segala macam pakaian
perlindungan serta segala peralatan untuk menjejakkan kakinya di padang hening
lembut sang rembulan. Juga Waska, ia bersiul malah. Entah apa lagunya. Riang
sekali dia)
RANGGONG
Hei,
kamu juga Waska? Hei, Hei! Kalian ini mau apa sebenarnya? Mau piknik atau mau
riset?
(Kedua kawannya sama sekali tak peduli)
RANGGONG
Kalian
jadi mau mati atau nggak sih?
BOROK
Lihat
ini?
(Tangan kirinya menggenggam)
WASKA
lihat Ini!
lihat Ini!
(Tangan kirinya menggenggam)
WASKA
kau tahu apa isinya ini?
kau tahu apa isinya ini?
BOROK
Hayo,
apa isinya?
RANGGONG (ternganga)
Mana
saya tahu? Ah, kalian kayak anak kecil ah
(Keduanya
membuka genggaman. Kosong)
BOROK
Kematian
WASKA
kematian sudah di tangan. Jangan risau. Jangan bimbang. Kapan saja kita mau mati, kita lepaskan pakaian yang berat ini dan helm yang tidak berperasaan ini. Tapi bagaimanapun kita perlu bikin sedikit upacara. Jadi kita pakai dulu ini semua. Kita nikmati sejenak hidup. Kita mainkan sejenak hidup. Kita ledek sejenak hidup. Sambil kita saksikan apa-apa saja yang berubah di satelit yang hening dan romantic ini. Setelah puas, kita akan ucapkan salam perpisahan kepada hidup sambil melepaskan helm ini dan melempar jauh-jauh tabung oksigen ini.
kematian sudah di tangan. Jangan risau. Jangan bimbang. Kapan saja kita mau mati, kita lepaskan pakaian yang berat ini dan helm yang tidak berperasaan ini. Tapi bagaimanapun kita perlu bikin sedikit upacara. Jadi kita pakai dulu ini semua. Kita nikmati sejenak hidup. Kita mainkan sejenak hidup. Kita ledek sejenak hidup. Sambil kita saksikan apa-apa saja yang berubah di satelit yang hening dan romantic ini. Setelah puas, kita akan ucapkan salam perpisahan kepada hidup sambil melepaskan helm ini dan melempar jauh-jauh tabung oksigen ini.
RANGGONG
Jadi?
BOROK
Lengkapilah
dulu dirimu dengan segala macam pakaian dan alat seolah-olah kamu tidak hendak
mati. Seolah-olah kamu Neil Armstrong yang primitif itu, takut-takut
menginjakkan kaki di tanah gembur sang rembulan.
WASKA
kita kan menjejakkan kaki kita di kawah Tycho di mana bersilangan dua berkas cahaya yang pernah disapukan Kandinsky.
kita kan menjejakkan kaki kita di kawah Tycho di mana bersilangan dua berkas cahaya yang pernah disapukan Kandinsky.
BOROK
Segeralah.
Kita akan menonton teater murni yang paling memesona.
WASKA
Kita
akan saksikan koreografi hening dengan iringan kebeningan musik hening
BOROK
Kasih
tangan
(Lalu ketiga
tangan kiri mereka beremasan dan teracung ke atas)
WASKA
kita adalah trisula yang akan menerobos langit.
kita adalah trisula yang akan menerobos langit.
(Lalu tak ada
suara dan tak bunyi sama sekali. Hening. Dan segala sesuatu menjadi kebiruan)
WASKA
Kita
turun
BOROK
Bulan
RANGGONG
Alangkah
hening bening kematian. Keindahan tak berkesudahan
(Lalu ketiganya
turun begitu rupa seperti memasuki suatu kenikmatan yang menelerkan. Dalam
pakaian dan helm masing-masing yang memberati mereka turun. Setengah mengapung
mereka. Setengah menari mereka.
Beberapa saat
mereka Cuma seperti itu. menari? Mengapung? Koreografi hening dalam bentuk
musik hening. Selanjutnya Waska diam. Hanya sesekali oleng. Ia seperti sedang
menatap sesuatu di kejauhan. Ranggong juga begitu. Borok juga begitu. kalau
nanti mereka bercakap pastilah suara mereka berbeda karena mereka menggunakan
hubungan radio)
WASKA
Indahnya
RANGGONG
Semuanya
gemulai di sini
BOROK
Modar!
Masing-masing bergerombol. Setiap gerombolan bergerak, berjalan, oh, tidak.
Lebih tepat mereka disebut menari
RANGGONG
Semuanya
gemulai di sini
WASKA
Indahnya
BOROK
Mereka
menyanyi tapi suara mereka segera menjadi lampau dan hampa
RANGGONG
Semua
rombongan bergerak menari menuju ke suatu sumber cahaya di suatu perbukitan
BOROK
Apennines
RANGGONG
Bukan.
Bukit lain yang tidak sempat direkam oleh misi manapun
WASKA
Sebetulnya
hidup itu indah. Bukan. Bukan hidup. Alam. Ya, sebenarnya alam itu indah. Dan
bagi alam tak ada hidup tak ada mati
BOROK
Tak
habis-habisnya rombongan demi rombongan bergerak menari menyanyi menuju bukit
itu.
RANGGONG
Ternyata
telah terjadi suatu perubahan besar di bulan dan kita luput mengikutinya karena
selama ini kita begitu terpukau oleh rahasia Saturnus
WASKA
Menara-menara
dan kubah-kubah plastis dari cahaya. Berjuta berlaksa menara dan kubah sama
sekali tidak menyesakkan ruang karena semuanya terbangun oleh cahaya. Warna tak
terumuskan dan garis bahkan lebih alit dari benang cahaya
BOROK
Pembangunan.
Pembangunan. Apa yang terjadi di bulan ini bukan lagi teknologi tapi sudah
mendekati aji-aji. Lebih canggih. Ultra-Super-High-Tech! semua serba ultra!
RANGGONG
Waska,
lihat diantara para pemain dawai
WASKA (Ternganga)
Gayah,
Gayahku! Ia diantara para penyanyi. Ia rupanya penyanyi utamanya. Soloist!
Sopranoku! Penyanyiku!
(Ketiganya munur
seolah seang menyaksikan suatu pertunjukan yang menakjubkan)
WASKA
Merdunya
ia menyanyi
RANGGONG
Merdunya
BOROK
Oh,
aria dari opera yang mana? Siapa penciptanya?
RANGGONG
Sepertinya
ia sendiri penciptanya. Semua orang menciptakan nyanyian sendiri-sendiri tapi
begitu rupa jalinan mereka seolah mereka satu jiwa
BOROK
Seluruh
tubuh Bi Gayah yang muda seperti ikut mengalir bersama nyanyian itu
WASKA
Cantiknya
ia menyanyi
(Muncul Gayah
bersama para penyanyi lain dalam arakan hening penuh cahaya kemilau. Mereka
menyanyi tanpa suara. Juga ketika Bi Gayah menyanyi tunggal tanpa suara)
WASKA
Gayah….
RANGGONG
Ia
tak mendengar kita
BOROK
Ia
tak melihat kita
(Ranggong dan
Borok segera menahan Waska yang akan mengejar rombongan Gayah yang semakin jauh
dan sayup)
RANGGONG
Sia-sia
saja kita mengejarnya
BOROK
Kita
belum mati seperti Gayah
WASKA
Kalau
begitu segera kita tanggalkan pakaian dan jasad yang membebani kita selama ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Segera
kita lepas helm dan otak ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Kita
buang tabung oksigen ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Kita
bebas
RANGGONG
Selamat
tinggal, hidup
BOROK
Selamat
tinggal, daging
WASKA
Selamat
tinggal, usus. Selamat tinggal, pancaindera
BERTIGA
Selamat
datang, kematian
(Yang pertama
sekali mereka lepaskan adalah helm. Yang kedua adalah tabung. Setelah itu
mereka saling berpandangan mesra dan selanjutnya secara khusuk mereka berkiblat
ke suatu arah. Bahagian sekali mereka. Secara bersama mereka menghisap suasana
sekitar. Tergetar hati masing-masing. mereka membaui sesuatu yang harum sekali)
WASKA (tak bersuara)
Harum!
BOROK (tak bersuara)
Ya,
harum sekali!
RANGGONG (tak bersuara)
Ajaib.
Nikmat sekali. Kita teler dibuatnya
BERTIGA (tak bersuara)
Hmm….
(Ketiganya masih
tetap berdiri, tapi kali ini mata mereka terpejam. Sakin nikmatnya oleh suatu
pengalaman yang baru sama sekali. Lama sekali mereka berpejam. Dan tanpa sadar,
tangan-tangan mereka bergerak menari. Gemulai ajaib. Mereka betul-betul menari
dalam hening dengan music hening.
Tarian total
penyerahan diri yang mutlak. Begitu rupa gemulainya sepertinya mereka mutlak
bebas dari yang namanya konflik. Cahaya semakin lama semakin kuat. Tiba-tiba
Waska sadar, ia mulai raguragu. Mulai bimbang. Dengan curiga ia amati bagaimana
kedua kawannya itu teller menari. Lama-lama ia penuh sadar. Ia cubit dirinya.
Ia periksa segala inderanya. Lalu ia bangunlakn kedua kawannya)
WASKA (tak bersuara)
Bangun!
Bangun!
(Kawan-kawannya
tentu saja ternganga tidak mengerti)
WASKA (tak bersuara)
Kita
belum mati. Kita masih hidup
BOROK (tak bersuara)
Ha?
RANGGONG (tak bersuara)
Kenapa
kita? Kenapa?
WASKA (tak bersuara)
Kita
masih hidup. Kita belum mati.
(Kedua kawannya
masih belum mengerti. Karena itu buru-buru Waska mengambil helm dan
mengenakannya)
WASKA (tak bersuara)
Ternyata
kita belum mati, belum mati.
(Juga Ranggong
dan Borok masih belum mengerti. Buru-buru Waska menyuruh mereka memasang helm
dan buru-buru mereka melakukannya)
WASKA
Kita
belum mati!
RANGGONG
Tidak
mungkin!
BOROK
Kita
sudah mati tapi kita tidak bisa membedakannya
RANGGONG
Ya,
boleh jadi kita belum terbiasa dengan mati, padahal sebetulnya kita ini sudah
mati
BOROK
Ya.
Pasti kita sudah mati. Hanya saja kita tidak sadar.
WASKA
Ya.
Boleh jadi. Kalau begitu keliru persepsi kita selama ini tentang mati. Mati itu
bukan menjadi tiada. Mati itu bukan kehilangan kesadaran
BOROK
Ternyata
seru juga rasanya mati
RANGGONG
Gugur
semua teori tentang kematian, baik dari pandangan keagamaan maupun kedokteran
BOROK
Pokoknya
mati itu tidak seperti yang dikatakan buku-buku dan dongeng-dongeng
RANGGONG
Kita
ini memang sok jagoan di jagat raya!
(Malu-malu dan
ragu-ragu, Waska nyingkir dan lalu keluar)
BOROK
Pengen
rasanya saya datangi itu dokter-dokter dan saya ajarin tentang mati
RANGGONG
Aneh
juga. Sudah satu abad kagak negrokok, tiba-tiba sekarang pengen rokok. Kelobot
lagi. Eh, macam-macam rasanya mati ini. Ngebet ngerokok kelobot di bulan lagi.
Makin mati makin ngawur
BOROK
Terus
terang, ini juga kalau tidak digebukin malaikat, saya pengen sekali makan lotek
(Malu-malu dan
ragu-rag,u Waska muncul lagi)
RANGGONG
Darimana
bos?
(Waska hanya
senyum)
BOROK
Ah,
ditanya darimana jawabnya Cuma senyum. Si Bos di akherat lain nih. Galaknya
kurang
RANGGONG
Darimana?
BOROK
Pasti
mojok sama bidadari. Disiram malaikat lu!
WASKA
Malu.
Lucu
BOROK
Kok
geli sendiri. cerita dong. Darimana habis apa?
WASKA
Aneh.
Saya sudah mati kok masih bisa kencing
RANGGONG
Kencing?
BOROK
Ah,
si bos ngawur pasti. Masa kencing
WASKA
Betul.
Kencing. Tadinya juga saya nggak percaya. Tapi setelah saya biarkan, cuuur
begitu saja saya percaya. Kamu tidak ingin kencing?
RANGGONG
Tidak
sama sekali
BOROK
Saya
coba. Siapa tahu saya juga bisa kencing. Lucu juga kalau saya kencing padahal
saya suah mati.
(Lari ia dan
keluar. Yang lain menunggu. Tegang)
WASKA
Saya
mulai curiga
RANGGONG
Saya
juga mulai bimbang dan ragu
(Borok muncul
dengan ketawa)
BOROK
Kencing
saya. Ajaib
WASKA
Kalau
begitu, jelas kamu belum mati
BOROK
Jelas
saya sudah mati. Kamu juga sudah mati. Ranggong juga.
WASKA
Kita
belum mati. Kita masih hidup.
RANGGONG
Tida,
Waska. Kita sudah mati
WASKA
Buktinya
mana? Bukti apa kalau kita sudah mati?
BOROK
Kita
di sini. di bulan.
RANGGONG
Di
sini tidak ada oksigen dan tak ada yang mampu hidup. Buktinya kita tidak bisa
berkomunikasi kecuali dengan bantuan radio. Suara dan bunyi secara gaib di sini
dan tak pernah diantarkan ke mana-mana karena tak ada udara.
BOROK
Kita
sudah mati Waska. Sudah mati.
RANGGONG
Bisa
dipahami kenapa kamu tidak yakin bahwa kamu sudah mati setelah hukuman hidup
begitu lama telah kamu jalani dan telah begitu lama kau rindukan kematian yang
membebaskan. Bisa dipahami.
BOROK
Jiwa
kamu pasti sedang mengalami shock. Cultural Shock! Budaya hidup masih sulit
kamu lepaskan dan kamu begitu terkejut tiba-tiba masuk dalam budaya mati yang
sama sekali belum pernah kamu alami. Sebentar tadi juga saya sedikit mengalami
shock. Tapi tidak lama. Sekarang keadaan saya ok.
RANGGONG
Saya
juga shock tadi, tapi shock breakernya mungkin sedikit lebih baik. Selain itu
ketika saya masih hidup tidak jarang saya melakukan exercise. Berbagai
kemungkinan dan variasi petualangan dengan berbagai jenis kecelakaannya saya
jalani. Bahkan secara sensasional saya pernah melakukan terjun dari ketinggian
lima puluh ribu kaki tanpa mengembangkan paying. Semua penonton termasuk para
turis yang telanjang dan setengah telanjang dari pantai Kuta sampai Waikiki dan
Riviera perancis secara serempak ternganga tanpa nafas lantara tegang. Baru
ketika kaki saya menyentuh daun kelapa gading saya kembangkan paying dan segera
seluruh anggota PBB serempak berdiri memberikan tepukan tangan. Belum, belum
habis bahaya yang harus saya atasi. Karena saya harus terjun tepat dengan
meletakkan kedua kaki saya tepat di daerah tanda silang yang Cuma setengah
meter radiusnya. Di luar daerah itu adalah ranjau-ranjau berisi bom yang begitu
tersentuh ujung sepatu saya pati meledak. Nah, pada saat itulah saya melatih
jantung saya. Dan ketika kedua kaki saya tepat menyentuh tanda silang semua
kepala Negara di seluruh dunia berdiri dan bertepuk tangan sementara semua umat
manusia menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing. itulah pengalaman shock saya
yang rupanya sangat membantu saya untuk secara cepat beradaptasi dengan
kebudayaan mati.
(Waska kelihatan
bertambah bimbang, sangsi, bingung. Sementara kedua anak uahnya memerhatikannya
dengan rasa kasihan yang sangat)
BOROK
Jangan
bimbang
WASKA
Saya
tidak bimbang. Saya sangsi.
RANGGONG
Jangan.
Jangan sangsi.
WASKA
Saya
tidak sangsi. Saya bingung.
BOROK
Juga
jangan bingung. Rileks, ambil napas. Atur. Atau sebaiknya kamu minum air putih
supaya terbantu. Tapi… (lihat sekitar) di alam barzah rupanya tidak ada air.
Atau fungsi air di alam dan budaya mati jangan-jangan tergantikan zat lain?
RANGGONG
Sebagaimana
maut, budaya mati memang masih gelap bagi kita. Apalagi bagi orang-orang yang
masih hidup.
BOROK
Perlahan
dan sedikit demi sedikit kamu pasti akan kembali tenang. Percayalah, Waska.
Atau kamu juga mengalami post-power syndrome? Ah, jangan berpikir soal
kekuasaan di budaya mati. Boro-boro kekuasaan dan kepemimpinan, di alam sini
tidak laku yang namanya politik, ideology dan lain-lain sejeninsnya.
RANGGONG
Tapi
saya tidak keberatan kalau kamu masih mau main raja-rajaan di sini kayak di
bumi. Saya dan Borok tidak keberatan kamu tetap jadi bos di sini. Jangan
kuatir. Yang penting tetap tenang dan senang. Rustig.
BOROK
Ya
Waska, nikmatilah kedamaian di sini. Dan keadaan ini. Mana ada tempat yang
lebih membetahkan daripada di alam yang murni netral objektif ini? Di sini
tidak ada itu apa yang namana demokrasi atau otokrasi atau tirani.
RANGGONG
Tidak
ada yang namanya kapitalisme dan sosialisme dan liberalism. Tidak ada. Di sini
nol.
BOROK
Atau
kita jalan-jalan dulu sebentar, Ranggong. Kita hunting location. Siapa tahu
dengan raungan pemimpin kita ini akan lepas dari kepanikannya.
(sebentar ini
benar-benar Waska jadi kayak orang dungu)
RANGGONG
Saya
kira ide bagus, ayo.
BOROK
Kita
jalan-jalan sebentar, Waska.
RANGGONG
Kita
perlu orientasi rupanya. Sambil melihat-lihat pembangunan di satelit bulan ini
kita coba lacak kembali, kalau bisa, jejak nabi-nabi atau orang-orang besar.
Istilah kunonya; Napak Tilas!
BOROK
Seru
betul. Napak tilas di akherat. Geli juga.
(mereka bangkit,
lalu berjalan. Kawah demi kawah serta lembah demi lembah mereka jalani.
Tapak-tapak sepatu mereka yang besar menjejak pada tanah pasir yang lembut
gembur itu. dan indah sekali gaya mereka berjalan. Karena terkadang sesekali
mereka oleng atau goyang)
BOROK (Nyanyi)
Bulan,
bulan di langit
Mengapa
kau sendiri
Mari
turun ke…
RANGGONG
Nyanyi
yang lain dong, bulan. Kita kan di bulan!
BOROK
Lho,
apa salahnya? Ini kan sekedar kenangan (lalu
nyanyi lagi)
Waktu
malam sunyi
Malam
tiada bergema
Tiada
bintang…
RANGGONG
Lagu
ini bolehlah sekalipun kunonya nggak ketulungan. Mati dalam abad 21 kok lagunya
zaman Bing Slamet
(Eh, tiba-tiba
nyanyian tadi dibarengi dan dilanjutkan oleh suara lain yang merdu. Lengkap
dengan music lagi. Eh, betul-betul ph lama! Sudah tentu ke bengong-bengong
mereka)
RANGGONG
Lho,
suara kamu kok dobel, Rok!?
BOROK
Dobel?
RANGGONG
Eh,
ada suara lain. Suara lain. Lain orang!
BOROK
Gema
ngkali
RANGGONG
Betul-betul
suara. Saya kenal suaranya. Eh, lengkap dengan pakai music
BOROK
Iya,
ya. Betul-betul suara. Betul. Pakai musik.
RANGGONG
Siapa
yang mutar ph lama di bulan ini? Aneh.
SUARA
Demikian
tadi para pendengar sekalian Sam Saimun dengan lagu ‘Malam tiada bergema’
selanjutnya kita nantikan tepat pukul dua puluh saat warta berita
BOROK
Eh,
radio
RANGGONG
Radio
BOROK
Radio
lama
RANGGONG
Kuno,
kuno. Itu radio pertengahan abad 20
(Sementara
kedengaran music saat menanti acara warta berita yang kadang timbul-tenggelam.
Ranggong dan Borok semakin terheran-heran. Sebaliknya Waska Cuma diam saja.
melihat tingkah laku kedua temannya)
RANGGONG
Betul-betul
suara dari abad yang silam
BOROK
Modar!
Menakjubkan! Bagaimana mungkin!?
RANGGONG
Jangan-jangan
waktu adalah siklus. Tanpa kita sadari jangan-jangan kita mundur atau berputar
dan kembali ke masa lampau
WASKA
Bukan.
(Berpaling
Ranggong dan Borok kea rah Waska yang sejak tadi sama sekali kelihatan tidak
peduli)
WASKA
Waktu
tak pernah kembali. Tak berujung.
BOROK
Lalu
suara radion itu? apakah suara itu hanya rekaman dan ada seseorang di sekitar
sini yang menghidupkannnya kembali?
RANGGONG
Ya,
jangan-jangan ada seseorang atau sesuatu mahluk di sekitar sini yang menyimpan
suara-suara itu.
(Semakin heran mereka ketika suara-suara itu
melenyap diterbangkan sesuatu entah kemana)
BOROK
Hilang
RANGGONG
Hilang.
Tanpa sisa sama sekali.
BOROK
Bahkan
desispun tak ia tinggalkan
RANGGONG
Tak
ada riak. Tak ada gelombang.
BOROK
Modar!
Otak saya mulai bekerja
RANGGONG
Saya
mulai mengerti, tapi belum paham benar.
WASKA
Rupanya
yang namanya suara atau bunyi tidak pernah hilang. Sekali ia dilontarkan ia
akan terus mengelana kemana-mana. Alam tetap menyimpannya.
(Sambil menjelaskan hal itu, Waska dengan
tenang membuka helmnya sehingga suaranya tenti saja akan berubah akibatnya.
Kedua sahabatnya hanya melohok saja)
WASKA
Pada
kondisi tertentu, alam akan menghadirkan kembali suara-suara yang disimpannya.
Saya sendiri baru sekarang menyaksikan bukti atas teori ini. Ajaib sekali.
Ternyata pengetahuan kita memang masih sangat terbatas mengenai banyak hal.
Baru saya sadari sekarang bahwa sunggu-sungguh kita tidak pernah sampai kepada
pengetahuan yang lengkap alias kebenaran. Kita hanya selalu sampai pada
sisi-sisi kebenaran. Tapi, kita memang sok jagoan di bumi. Dan kalau kita
terperangkap dalam kenyataan seperti sekarang ini, baru kita sadari bahwa kita
sungguh bodoh.
RANGGONG
Tapi
bagaimana dengan suara itu, Waska?
BOROK
Saya
belum paham betul.
WASKA
Dulu juga saya tidak dapat memahami. Bahkan
tidak mau menerima teori ini. Pernah, saya kira sekitar menjelang abad 20 akan
berakhir, saya bertemu dengan seorang kiayi di suatu desa
di kaki gunung Ciremai. Masih muda orangnya. Dari dua puluh empat jam sehari ia
hanya menyisakan waktu tiga jam untuk tidur dan tiga jam untuk bertani. Jam-jam
selebihnya ia isi dengan sembahyang dan dzikir dan dzikir.
(Tanpa sadar, saking tertarik akan cerita
Waska. Ranggong dan Borok menanggalkan helm mereka masing-masing)
RANGGONG
Dzikir
dan dzikir
BOROK
Dzikir
dan dzikir
WASKA
‘laa
ilahaa illallah..’ begitulah ia isi setiap helaan napasnya. Saya anggap
perbuatan gila macam apa itu? tapi kalian tahu saya selalu respek kepada
orang-orang yang berkeyakinan dan berpendirian. Jadi saya pun dengan sopan
bertanya kepada kyai itu, kenapa dan untuk apa ia berbuat seperti itu?
BOROK
Untuk
apa?
RANGGONG
Apa
jawabnya?
BOROK
Kayak
main jailangkung?
WASKA
Tidak
tepat begitu tapi serupa itu. cobalah. Nah, saya mulai mendengar sebur bunyi
ombak. Saya harap ombak itu di pantai Cirebon.
BOROK
Ya,
ombak.
RANGGONG
Saya
juga mendengarnya. Juga deru angin.
BOROK
Sekarang
saya dengar gemerisik daun-daun bamboo kering diinjak kaki entah siapa.
RANGGONG
Kambing-kambing
mengembik. Suara kerbau.
BOROK
Suara
jangkrik dan cacing
(Suara dan bunyi
itu memang kemudian perlahan hadir di sekitar mereka. Takjub mereka. Lalu
gemuruh dzikir yang bagai koor alam yang berisi magis. Semua itu tidak terlalu
lama. Lalu lenyap. Tapi ketika Borok mau angkat bicara)
SUARA KYAI (Biasa saja)
Saya
ini orang bodoh. Karena itu saya percaya bahwa yang namanya suara itu tidak
akan pernah hilang. Bahkan apa saja yang di ala mini tidak pernah hilang atau
kurang. Karena itu saya dzikir. Artinya dzikr saya juga tidak akan pernah
hilang. Kalau kata orang pintar, alam kita sekarang sudah terkena banyak
polusi. Di sekitar kita ini sudah terlalu penuh dengan suara-suara dan
bunyi-bunyi kotor, kata-kata kotor dan lain sebagainya. Jadi mudah-mudahan
dzikir saya akan mengimbangi suara-suara kotor itu.
BOROK
Menyesal
sekali. Saya justru sebaliknya dari kyai itu. dari dua puluh empat jam, dua
puluh jam saya gunakan untuk memaki.
RANGGONG
Saya
tidak pernah separah kamu tapi tidak sedikit kata-kata saya yang kotor saya
lontarkan setiap hari ketika saya masih hidup. Apalagi kalau saya sedang marah.
BOROK
Lebih-lebih
kalau saya sedang ngibing di kompleks perempuan….gituan. kotor lagi kata-kata
saya!
RANGGONG
Sesal
dahulu pendapatan sesal kemudian tiada berguna.
BOROK
Menyesal
sekalis aya. Kalau saya saya tahu mengenai teori suara dari kyai itu, tentu
saya akan menjaga mulut saya. Modar! Waduh, kotor lagi mulut saya. Oh, ketika
saya masih hidup….
RANGGONG
Jangan
mulai ngaco lagi, Waska. Biarpun kamu dulu bos di dunia, di sini kamu harap
membatasi diri. Boleh saja kamu petantang-petengteng tapi jangan mulai
menggoyahkan keyakinan saya dakan kondisi mati saya.
BOROK
Tolong
jangan bangunkan saya dari nikmat mati ini.
RANGGONG
Saya
memang merasa kasihan melihat kamu yang rupanya masih juga dalam keadaan shock
tapi….
BOROK
Tapi
saya nggak sabar. Nggak sabar dengan sikap kamu yang lembek ini, Waska.
Tegarlah kamu, insyaflah. Sadarilah. Kamu ini sudah mati.
WASKA
Saya
masih hidup seperti halnya kalian.
BOROK
Maaf
Waska. Saya tidak bisa lagi ketawa seperti tadi menghadapi kamu.
RANGGONG
Saya
terus terang mulai merasa jengkel. Saya kuatir, lama-lama saya juga mulai goyah
oleh sikap bimbang kamu. Lama-lama saya bisa jadi tidak yakin bahwa saya sudah
mati.
WASKA
Kamu
tidak perlu yakin. Kamu emmang masih hidup.
BOROK (Marah besar)
Waska!
Modar!
RANGGONG
Bergurau
ada batasnya. Persoalan mati ini sudah menyangkut persoalan iman, jangan
dibikin mainan.
(Setelah mengambil helm dan tabungnya yang
tergeletak di tanah dengan kalem Waska nggeloyor menuju pesawatnya)
BOROK
Eh,
ngeloyor malah. Bisa tambah marah saya. Dan kalau sampai terjadi saya bisa
ngelunjak lantaran ninju karung sperma bocor yang tua itu, wah bisa menyesal
selama-lamanya saya. Sialan. Belum pernah selama saya menjadi asistennya selama
berabad-abad berniat maker. Padahal saya mampu kalau saya mau. Tapi saya tidak
mau. Saya tidak punya niat, karena memang saya respek sama itu bandot tua. Biar
bagaimana pun dia bangkotan kemanusiaan nomor wahid sepanjang sejarah.
RANGGONG
Tongkrongannya
emang kriminil tapi nuraninya bersih penuh cahaya kebaikan persahabatan
manusia.
BOROK
Semangat
lelaki tua itu telah menyelamatkan bermilyar manusia yang putus asa oleh
kemiskinan dan kebodohan. Dia angkat derajat manusia. Dia bangkitkan semangat
manusia.
RANGGONG
Dia
pahlawan. Saya masih ingat betul ketika malam itu dia bertarung melawan ajal
dan menolak ajal.
BOROK
Saya
masih ingat ketika kita berdua menemui petapa tua di puncak Himalaya untuk
menapatkan ramuan obat yang dapat menangkal ajal dan maut.
RANGGONG
Saya
ingat ketika kita merambu jamu Dadar bayi yang telah menyebabkan kita bertiga
kebal ajal.
BOROK
Saya
ingat ketika setelah itu kita serempak secara mendadak bergerak menggedor
seluruh toko, supermarket, kantor, pabrik di seluruh dunia.
RANGGONG
Saya
ingat pesta pora itu
BOROK
Saya
ingat kemajuan demi kemajuan
RANGGONG
Sementara
kita tidak pernah maju karena kita tidak pernah mati.
BOROK
Dan
sekarang setelah kita mati, eh dia malah rewel. Bikin jengkel lagi.
(Dengan santai
di kejauhan kelihatan Waska sedang menyalakan rokok dan menyedotnya
dalam-dalam. Sebelumnya dia minum sesuatu)
BOROK
Dia
selalu bikin saya pusing. Dia selalu memaksa otak saya bekerja. Padahal saya
paling malas berpikir. Tapi dia selalu menggoda.
RANGGONG
Dan
sekarang dengan kalem ia sedang menggoda kita dengan kebimbangan dan
kesangsiannya. Sudah jelas kita sudah koit tapi dia masih juga ngutak-ngatik-ngusik-ngusik
mengatakan kita masih hidup.
BOROK
Bisa
gampang goyah kalau iman tipis menghadapi dia.
RANGGONG
Kita
malah sekarang sedang goyah.
BOROK
Modar!
Saya tidak boleh goyah! Saya harus tetap yakin bahwa saya sudah mati.
RANGGONG
Tapi
dia dengan gayanya yang kayak celeng berotak jenius, lihat, ia betul-betul
sedang menggoyahkan iman kita.
BOROK
Jahat
dia, Modar! Cara dia merokok begitu rupa seperti mengejek keyakinan kita.
RANGGONG
Celakanya
lagi dia tiak hanya berpikir dengan otaknya tapi seluruh dirinya. Bahkan
rambutnya ikut berpikir karena seluruh dirinya memuat begitu banyak disket
dengan berbagai program yang tak terhitung jumlahnya.
BOROK
Bahkan
gayanya. Gayanya ikut berpikir. ngeledek betul dia.
RANGGONG
Mau
tidak mau kita terpaksa harus mengejar mendekati dia. Bagaimana pun dia magnit
sementara kita Cuma sekrup-sekrupnya.
BOROK
Modar!
RANGGONG
Ayo
kita dekati dia. Kita ngalah.
BOROK
Saya
setuju kita dekati dia, tapi saya tidak mau ngalah. Kita harus mengalahkan dia.
Iman kita harus mengalahkan imannya. Pokoknya dia harus ngaku bahwa dia sudah
mati. Kalau dia nggak mau ngaku juga bahwa dia sudah mati, paling tidak, dia harus
menyatakan bahwa kita berdua sudah mati.
RANGGONG
Kita
coba.
BOROK
Janji
dulu.
RANGGONG
Janji
BOROK
Ikrar
nih ya!?
RANGGONG
Ikrar.
BOROK
Ayo,
tapi jangan lupa tebalkan dulu iman kita.
(Lalu mereka
berjalan menuju tempat Waska tidak jauh dari pesawat. Helm dan tabung dan
lain-lain, mereka tidak sentuh. Lupa ngkali. Begitu sampai di sana baik
Ranggong maupun Borok tidak segera omong. Beberapa saat mereka Cuma diam saja.
dan Waska tetap sayik dengan rokoknya. Sesekali melintas meteor)
WASKA
Bagaimana?
(Ranggong dan Borok Cuma saling pandang)
WASKA
Sudah
yakin sekarang?
BOROK
Sudah.
Yakin sekali.
WASKA
Yakin
apa?
BOROK
Yakin
kita sudah mati.
RANGGONG
Ya
Waska, maafkan kami berdua karena kami terpaksa harus memaksa mulut kamu supaya
menyatakan bahwa kita bertiga sudah mati.
BOROK
Kasarnya
kamu harus ngaku bahwa kamu sudah mati. Terus terang saya tidak mau main kasar
dalam hal ini.
RANGGONG
Selama
ini kita bersahabat. Hidup bersahabat, hendaknya mati juga kita tetap
bersahabat.
(Waska tertawa)
BOROK
Jangan
paksa saya main tangan, Waska. Ketika hidup saya memang tangan kanan kamu,
asisten kamu. Tapi sekarang status sedikit banyak berubah pada kita.
RANGGONG
Tolong
waska, jangan mendorong Borok, pembantumu yang setia dan saya yang selalu loyal
ini terdorong untuk menghajar kamu.
(Makin hebat Waska ketawa. Tak sabar dan tak
dapat menahan diri, maka Borok langsung meninju Waska sampai lelaki tua itu terpental
agak jauh. Naumn, Waska tidak jatuh. Ada darah di mulutnya tapi dia tetap kukuh
berdiri. Bahkan rokoknya masih di tangannya. Dengan tenang dan tersenyum Waska
menghapus darah itu. sementara Ranggong menahan Borok )
RANGGONG
Tahan
diri, Borok! Tahan diri! Atau kamu akan berhadapan dengan saya sendiri!
BOROK
Cara
becanda dia kelewatan.
RANGGONG
Jangan
lupa, bagaimana pun kita berdua tidak akan mampu berbuat banyak tanpa dia.
WASKA
Untuk
pertama kali saya dipukul anak buah sendiri. pahit-pahit-manis.
RANGGONG
Maafkan
Borok Waska
WASKA
Tentu
saja saya harus memaafkan kalian, kalau tidak, pastilah saya pemimpin kampungan
yang bodoh. Apa kata saya tadi? Pahit-pahit-manis, bukan? Ya, menerima
tamaparan dari anak sendiri itu pahit-pahit-manis. Pahit karena sakit tapi
sekaligus manis karena bahagia menyaksikan keberanian anaknya yang sedang
tumbuh menjadi dirinya.
(Tiba-tiba Borok
lari menghambur dan mendekap kaki Waska, sementara Ranggong ikut mengejarnya
karena kuatir)
BOROK
Maafkan
saya, Waska. Kamu sendiri tahu tangan saya kadang suka dol.
WASKA
Sudah
tentu saya memaafkan kamu. Saya bukan pemimpin bodoh yang tidak berpendidikan.
Kamu kira saya pemimpin yang sakit jiwa yang begitu gampang tersinggung dan
selalu punya hambatan psikologis dalam menghadapi tangan bawahannya?
RANGGONG
Kami
selalu kagum kepadamu, Waska.
WASKA
Kalian
memang tangan kanan dan kiri saya.
(Lalu Borok
bangkit, malu. Lalu menyerbu dalam pelukan Waska. Erat pelukan. Ranggong juga
menyerbu. Mereka bertiga erat berpelukan)
BERTIGA
Kita
adalah tiga batang lilin dengan warna ungu yang dibakar rindu.
(Saling ketawa
mereka, saling senyum mereka. Dan kembali mereka bersahabat)
WASKA
Sekarang
yakinlah saya bahwa kita belum mati
BOROK
Tolong
Waska, jangan mulai lagi.
RANGGONG
Kita
bertiga sudah happy forever, Waska. Tolong dongeng kita jangan diubah
endingnya.
WASKA
Tadi
kalau kalian mengatakan kasihan melihat saya. Sekarang saya kasihan melihat
kalian. Ikuti saya.
(Lalu Waska
membawa mereka ke tempat di mana helm-helm dan lainnya tergeletak dan
dalam-dalam Waska menyedot lagi rokoknya)
WASKA
Apa
ini?
(Tanyanya sambil
menyepak salah satu helm yang tergeletak)
WASKA
Tahu
apa artinya ini?
RANGGONG
Saya
tidak mengerti. Apa maksud kamu?
BOROK
Sejak
tadi kita tidak pakai helm dan kita tidak mengalami perubahan apapun. Bahkan
kita bisa berkomunikasi langsung, saling bicara, kita bersuara
BOROK
Modar!
RANGGONG
Tidak
mungkin, Waska. Kita sudah mati sejak pertama kita menanggalkan helm.
BOROK
Dan
pertama kali kita menginjakkan kaki di sini kita sama sekali tidak dapat
berkomunikasi.
RANGGONG
Baru
setelah kita mengenakan helm kita bisa saling mendengar suara kita.
WASKA
Buktinya
sekarang kita bisa saling mendnegar suara kita tanpa bantuan gelombang radio
sama sekali. Kita juga bernapas dengan normal.
RANGGONG
Lalu
ketika semula kita tidak bisa saling mendengar suara kita?
WASKA
Itu
semua ilusi
BOROK
Modar!
WASKA
Lapisan
udara di sini rupanya sudah ebrubah tanpa kita ketahui. Sekitar sini ternyata
sudah mulai dipenuhi udara sekalipun masih terasa agak pengap.
RANGGONG
Tidak
mungkin Waska. Jangan bilang begitu, Waska.
BOROK
Jangan
patahkan harapan saya Waska. Modar!
WASKA
Masih
banyak bukti lain. Tapi bukti darah yang muncrat dari gusi saya karena ditinju
Borok cukup kuat untu menyadarkan kita akan kondisi kita sebenarnya.
RANGGONG
Jadi
betul-betul kita belum mati?
BOROK
Modar!
WASKA
Apa
boleh buat kita harus menerima kenyataan pahit ini. Kita memang masih hidup.
RANGGONG
Sial!
Sial!
BOROK
Modar!
Kok kita nggak mati-mati sih!
(Keduanya
menangis. Menangis tua)
BOROK
Kita
sudah capek!
RANGGONG
Kita
sudah di atas kegilaan yang paling gila!
BOROK
Tahu
begini, lebih baik saya kerja paksa di Siberia!
RANGGONG
Atau
dipanggang di padang Sahara!
(Keduanya
menangis sedih sekali, menangis tua. Waska sekuat tenaga menahan keharuannya.
Lalu fade in bunyi gelombang-gelombang radio. Dan fade in suara nyanyian yang
merdu itu. lalu fade in)
SUARA GAYAH
Waska!
(Waskapun segera bangkit mencari arah suara
itu)
SUARA GAYAH
I
Love you, Waska!
(Waska masih mencari arah suara itu. dan lalu
suara nyanyian lagi)
RANGGONG
Satu-satunya
harapan ada di bumi. Kita sebaiknya kembali ke sana!
BOROK
Buat
apa? Di sana kita akan semakin tersiksa oleh kekosongan ini!
RANGGONG
Kita
cari monyet tua itu. Albert Tambayong, petapa tua itu. wiku. Wiku. Empu yang
arif itu. dari dia dan istrinya kita mendapatkan formula obat penangkal ajal.
Maka bukan mustahil kita bisa mendapatkan dari ia formula lain yang mampu
membunuh kita.
WASKA
Ya,
sejak tadi saya juga sedang berpikir tentang petapa tua dan istrinya itu. saya
curiga ini semua ulah mereka.
BOROK
Modar!
Kemana kita akan mencari mereka?
RANGGONG
Seperti
dulu kita temui mereka. Di salah satu desa di puncak Himalaya
BOROK
Modar!
WASKA
Kita
kembali ke bumi!